Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran Cinta dan Kasih Sayang dari Seekor Kucing Betina

19 Juli 2020   08:27 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:23 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perilaku induk kucing di rumahku ini memberi pelajaran arti cinta dan kasih sayang orangtua terhadap anaknya (unsplash.com/Gustavo Candido da Silva)

Pelajaran dan keteladanan bisa didapatkan dari siapa saja, dari apa saja. Termasuk dari seekor binatang sekalipun. Allah sendiri memberi teladan bagi umat manusia melalui 3 binatang yang namanya dijadikan nama surah dalam Al Quran: Semut (An Naml), Laba-laba (Al Ankabut) dan Lebah (An Nahl).

Sementara dalam dunia literasi, kita mengenal nama Aesop melalui fabel atau dongeng binatang-binatangnya. Kisah lomba lari antara kelinci dan kura-kura, kisah semut dan belalang, serta beberapa fabel lainnya. Semua dongeng tersebut membawa moral cerita yang memberi keteladanan hidup bagi manusia.

Lewat seekor binatang pula aku pernah mendapat pelajaran tentang cinta dan bagaimana menjadi orangtua. Pelajaran itu kudapatkan dari seekor induk kucing yang setiap hari menumpang makan di depan rumahku.

Perilaku Induk Kucing Saat Mengasuh Anaknya

Sejak datang ke rumahku, kucing betina berwarna putih hitam ini sudah tiga kali melahirkan, hasil dari hubugan cintanya dengan seekor kucing jantan hitam. 

Karena sudah lama kuberi makan dan tinggal di teras rumah, sedikit-sedikit aku mulai memahami bagaimana kehidupan seekor induk kucing, yang darinya aku mendapatkan pelajaran berharga.

Kucing betina termasuk jenis hewan yang setia. Jika dia sudah ditaklukkan oleh seekor kucing jantan, dia tidak akan berpindah ke lain hati. Bahkan saat masa bulan madunya, kucing betina rela meninggalkan rumahnya hanya untuk mengikuti si kucing jantan, kemana pun kucing jantan itu pergi.

Ibarat roman karya Pujangga Baru, kucing betina tidak mengenal konsep 'move on'. Sekali mencinta, sesudah itu mati. Begitu setia.

Saking setianya, jika kucing jantan pasangannya itu berkelahi dengan kucing jantan lain, kucing betina ini akan membantu pasangannya. Bila perlu sampai berdarah-darah.

Ini baru pelajaran tentang cinta kepada pasangannya. Pelajaran berikut yang kuperoleh dari kucing betina ini adalah saat ia melahirkan dan menjadi induk kucing.

Ketika anak-anaknya masih berusia 1-3 bulan, induk kucing bisa menjadi hewan yang paling rakus. Dia tidak akan membiarkan siapa pun merebut makanan yang sudah diperolehnya, termasuk anak dan pejantannya sendiri.

Jika memperoleh makanan, induk kucing ini akan makan terlebih dulu. Setelah kenyang, barulah ia mempersilahkan kucing jantan pasangannya untuk ikut makan.

Induk kucing ini sadar, dirinya butuh asupan makanan agar air susunya bisa mengalir lancar. Anak-anak kucing yang baru lahir hingga berusia 3 bulan belum bisa makan makanan yang keras dengan baik. Mereka menggantungkan hidup dari air susu induknya.

Setelah anak-anak kucing berusia 3-5 bulan, barulah mereka bisa mengunyah makanan yang agak keras. Pada saat ini, perilaku induk kucing pun berubah.

Ketika memperoleh makanan, induk kucing akan membiarkan anak-anaknya makan terlebih dahulu. Bila ia tidak menjumpai anak-anaknya, ia akan mencari mereka sampai ketemu. 

Satu anak kucing lainnya masih tercecer, induk kucing ini akan menunggu hingga semua anaknya berkumpul dan makan bersama. Sementara dia sendiri berjaga-jaga bila ada kucing lain yang hendak merebut makanan tersebut, kecuali terhadap kucing jantan yang jadi pasangannya.

Bahkan pejantannya ini juga dibiarkannya menikmati makanan bersama anak-anaknya. Setelah mereka kenyang, barulah induk kucing ini memakan apa yang tersisa.

Saat anak-anak kucing mulai tumbuh dewasa, sekitar usia 6 bulan ke atas, induk kucing mulai berhenti menyusui mereka. Pada saat ini, induk kucing mulai mengajarkan bagaimana caranya hidup mandiri.

Induk kucing tidak mengijinkan kucing-kucing remaja ini ikut makan bersamanya, bahkan ia akan mendesis marah bila kucing-kucing yang dulu ia lahirkan itu mendekat saat dirinya sedang menikmati makanan yang diperolehnya sendiri. Seolah ia sedang berkata,

"Jangan sentuh makananku. Kamu sudah besar, silahkan cari makanan sendiri."

Pelajaran Cinta dan Kasih Sayang Orangtua dari Induk Kucing

Perilaku induk kucing di rumahku ini akhirnya menyadarkan diriku akan arti cinta dan kasih sayang orangtua kepada anaknya, juga cinta kepada pasangan hidup. 

Cinta induk kucing pada anaknya bukan cinta yang memanjakan mereka. Melainkan cinta dan kasih sayang yang diiringi rasa tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar dapat hidup mandiri.

Pola asuh induk kucing ini mengajarkan pada kita bagaimana semestinya cinta dan kasih sayang orangtua dapat mengasuh anak untuk tumbuh mandiri. Tega, Tegas, Konsisten dan Fleksibel.

Tega dulu, kemudian Tegas, lalu Konsiten dengan sikap kita sebagai orangtua, baru kemudian boleh menunjukkan sisi Fleksibilitas kita sebagai orangtua.

Sebagian besar orangtua salah dalam menerapkan urutan sikapnya. Mereka menaruh sisi fleksibelnya di urutan pertama.

Sebagai orangtua, kita cenderung ingin memanjakan anak-anak. Kita tidak ingin anak-anak kita menderita, hingga apa pun yang mereka inginkan sering kita turuti.

Kita terlalu memikirkan pendapat orang lain tentang bagaimana cara memperlakukan anak-anak kita. Takut dianggap orangtua jahat, tidak sayang anak, tidak memikirkan kepentingan anak, dan lain sebagainya. Padahal, pendapat-pendapat semacam ini tidaklah penting.

Tidak ada salahnya bila kita mencontoh bagaimana induk kucing ini mengasuh anak-anaknya agar kita bisa menjadi orangtua yang disegani anak-anak kita sendiri. Kita dapat memberi pengaruh yang kuat dan dekat secara emosional dengan anak-anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun