Akhir dari fabel ini sudah kita ketahui. Bukan Kelinci yang menang lomba, melainkan Kura-kura. Apa moral cerita yang bisa kita dapatkan?
Guruku dulu bilang moral cerita ini adalah jangan sombong. Guruku yang lain mengatakan moral cerita lomba lari kelinci dan kura-kura ini adalah jangan pernah meremehkan orang lain. Mungkin, kamu punya pandangan berbeda tentang moral ceritanya?
Aesop sendiri tidak menjelaskan apa pelajaran dari dongeng fabel yang ia ceritakan. Tapi seorang penyair Romawi kuno, Publius Ovidius Naso  atau yang dikenal dengan nama pendeknya Ovid, menerjemahkan moral cerita kelinci dan kura-kura itu dalam kutipan yang sederhana:
"Air yang menetes keluar dari batu bukan melalui kekuatan, tetapi melalui kegigihan."
Penulis Kelinci dan Penulis Kura-kura
Begitulah, kalau kita tarik kisah lomba lari kelinci dan kura-kura itu dalam dunia kepenulisan, maka ada dua karakter penulis seperti yang kukatakan sejak awal:
- Penulis "kelinci", yakni mereka yang bisa dengan cepat mengeksekusi ide-ide di kepala mereka lalu menuangkannya dalam bentuk rangkaian kata-kata yang indah di lembar halaman kosong. Dan, tipe penulis berikutnya adalah:
- Penulis kura-kura, yakni mereka yang lambat dalam mengerjakan tugas, tapi tetap gigih dan semangat.
Baik penulis tipe kelinci atau kura-kura sama bagusnya dalam situasi dan kondisi tertentu. Penulis kelinci bagus dalam menulis artikel yang membutuhkan kecepatan, misalnya artikel dengan tenggat waktu yang singkat. Dengan kekuatan berupa pengalaman maupun perbendaharaan kosakata yang lebih banyak, penulis tipe kelinci bisa dengan cepat menulis dan mengeksekusi ide-ide tulisan.
Sedangkan penulis tipe kura-kura bagus dalam pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dan perencanaan strategi yang matang. Misalnya untuk menulis artikel yang membutuhkan riset mendalam.
Namun, tidak selamanya penulis tipe kelinci selalu cepat menyelesaikan tugas untuk kemudian beralih ke tugas lainnya. Kadang, tipe penulis kelinci juga bisa menjadi lamban seperti kura-kura.
Setiap penulis pasti pernah mengalami bad mood, atau mungkin writer block yang dapat melunturkan kekuatan menulisnya. Sama seperti si Kelinci dalam fabel Aesop yang ingin istirahat tidur siang sebentar karena merasa sudah unggul di depan.
Kata beberapa teman, aku punya keterampilan menulis dengan cepat, mengingat latar belakangku sebagai penulis lepas beberapa tahun belakangan.
"Ah, kalau Mas Himam 30 menit juga sudah jadi artikelnya."