Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yakinlah, Kejujuran Selalu Membawa Keberkahan

14 Juli 2020   22:29 Diperbarui: 14 Juli 2020   22:25 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya kamu menemukan uang Rp. 500 juta, apa yang akan kamu lakukan dengan uang tersebut?

  • Mengambil semuanya
  • Mengambil sebagian
  • Melaporkan kepada petugas keamanan

Oh, ternyata kamu memilih melaporkan penemuan uang tersebut. Tapi tunggu sebentar....

Yakin nih kamu memilih melaporkan penemuan uang tersebut? Uangnya banyak sekali loh, Rp. 500 juta. Lagipula, enggak ada yang tahu kalau kamu menemukan uang sebanyak itu. Tak ada saksi mata seorang pun.

Bayangkan, apa yang bisa kamu perbuat dengan uang sebanyak itu. Hutang-hutangmu langsung lunas. Kamu juga dapat membeli rumah kecil, yah mungkin tipe 32 yang seharga 300 jutaan.

Masih ada sisa, kamu bisa beli motor terbaru, ponsel terbaru, laptop buat belajar anak di rumah, dan sebagian buat beli emas. Nanti kalau ada yang bertanya dari mana uang tersebut, kamu tinggal menjawab baru dapat warisan, habis perkara.

Jadi, bmasih tetapi yakin kamu akan melaporkan penemuan uang tersebut? Enggak ada niat mengambil semuanya atau barang sejuta-dua juta?

Ok deh. Lalu, apa alasannya kamu melaporkan penemuan uang setengah milyar tersebut?

  • Takut nanti diinterogasi macam-macam dan kalau ketahuan bakal dipenjara?
  • Atau, karena kamu merasa itu bukan hak mu?

Kalau kamu melaporkan penemuan uang setengah milyar itu karena kejujuran dan merasa itu bukan hakmu, selamat! Kamu termasuk golongan sedikit orang yang menunjung tinggi kejujuran. Yakinlah, kelak kejujuran itu akan menuai keberkahan berlipat ganda.

Kisah Kejujuran Mujenih dan Egi yang Menuai Berkah

Seperti yang terjadi pada Mujenih (34 tahun) dan Egi Sandi (24 tahun). Senin sore (6/7), Mujenih yang didampingi Egi Sandi, petugas pengawalan KRL sedang membersihkan gerbong KRL Commuter Line yang baru tiba di stasiun Bojong Gede dan hendak menuju Stasiun Bogor.

Ketika membersihkan bangku prioritas, Mujenih menemukan bungkusan plastik hitam. Awalnya, Mujenih mengira bungkusan plastik itu berisi sampah. Saat diangkat, Mujenih mulai curiga karena bungkusan plastik itu terasa berat.

Bersama Egi, Mujenih kemudian membuka bungkusan plastik tersebut. Keduanya sontak kaget saat mendapati bungkusan plastik itu berisi uang pecahan Rp. 100 ribu dalam jumlah yang sangat banyak.

Mujenih dan Egi kemudian melaporkan penemuan uang setengah milyar tersebut ke petugas layanan penumpang (passanger service) Stasiun Bogor. Tak lama berselang, seorang pria mendatangi petugas dan melaporkan barang bawaannya berupa bungkusan plastik tertinggal di bangku KRL yang sempat ia duduki. Karena pria tersebut dapat menyebutkan dengan tepat ciri-ciri bungkusan dan isinya, uang tersebut seluruhnya dikembalikan kepada pemilik disaksikan sejumlah petugas stasiun Bogor.

Kisah kejujuran Mujenih dan Egi ini kemudian viral di media sosial. Hingga kemudian Mujenih dan Egi menuai keberkahan dari sikap terpujinya tersebut.

Pada Senin (13/7), Menteri BUMN Erick Thohir mengundang Mujenih dan Egi ke kantor Kementerian BUMN. Di sana, Mujenih dan Egi diganjar hadiah dan penghargaan yang nilainya melebihi nominal uang yang mereka temukan.

Mujenih dan Egi diangkat menjadi karyawan tetap di PT. Kereta Commuter Indonesia (PT. KCI). Selain itu, keduanya juga diguyur asuransi dari sejumlah bank BUMN yang nilai investasi dan pertanggungannya total mencapai Rp. 1 milyar!   

 Apa alasan Mujenih mengembalikan uang tersebut?

"Waktu itu, saya langsung bawa saja (uang) ke kantor Stasiun Bogor karena saya enggak ada niat ngambil, memang bukan hak saya," ujar Mujenih, Senin (13/7/2020). 

Yakinlah, Kejujuran Selalu Membawa Keberkahan

Ya, kejujuran itu tidak hanya berkata benar saja. Kejujuran itu juga ada pada sikap dan tindakan kita, yang tidak mau mengambil apa pun yang bukan menjadi hak kita.

Mungkin banyak orang yang bisa berkata jujur, dengan kata lain tidak berbohong. Tapi, sedikit sekali orang yang bisa bertindak jujur.

Jangankan menemukan uang setengah milyar, bayangkan saja apa yang kita lakukan saat melihat selembar uang seratus ribu rupiah tergeletak di jalan. Apa yang akan kita lakukan dengan uang tersebut?

  • Menginjaknya, lalu perlahan berjongkok dan mengambil lalu secepat kilat menaruhnya di saku celana.
  • Atau, maukah kita bersusah payah bertanya pada orang-orang di sekitar kita, sekiranya mereka kehilangan uang seratus ribu rupiah?

Saya yakin, 9 dari 10 orang akan memilih yang pertama. Benar kan?

Alasannya pasti karena nominal uang yang kecil, sehingga kita cenderung berpikir, "Ah, cuma seratus ribu saja kok. Paling orangnya juga tidak akan merasa kehilangan." Padahal kan belum tentu. 

Siapa tahu yang kehilangan uang itu seorang ibu yang hendak berbelanja, dan uang sejumlah itu merupakan satu-satunya uang yang ia baru saja ia dapat dari suaminya yang sudah bekerja keras. Siapa tahu orang yang kehilangan uang itu seorang anak yang disuruh orangtuanya membeli kuota internet agar ia bisa belajar dari rumah. Siapa tahu orang yang kehilangan itu seorang bapak tua penjual sayur, dan uang itu hendak ia jadikan modal agar ia bisa berjualan kembali esok hari?

Tapi kita tidak mau tahu dan tidak mau bersusah payah mencari tahu siapa gerangan pemilik uang seratus ribu rupiah itu.

Kalau dengan uang seratus ribu saja kita tidak mau bersikap jujur, bagaimana bila kita menemukan uang setengah milyar?

Mungkin, kita akan melaporkan penemuan tersebut bukan lantaran sikap jujur kita, melainkan lebih karena rasa takut seandainya nanti kita mengambilnya, kita akan diinterogasi petugas keamanan dan membayangkan ancaman hukuman yang bisa kita dapatkan.

Besar atau kecilnya nilai barang yang kita temukan, semestinya tidak akan menghilangkan kejujuran kita. Yakinlah, sekecil apa pun nilai barang yang kita kembalikan karena kita merasa itu bukan hak kita, kelak kita akan menuai keberkahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun