Jadi, apa yang dikatakan Mas Nurulloh tidak sepenuhnya benar. Pengklasteran atau pembentukan kasta-kasta itu nyata adanya. Namun, bukan karena fitur Kompasiana Premium, melainkan karena centang atau status verifikasinya.
Kompasiana memberi hak istimewa pada Kompasianer centang biru dengan memasukkan semua artikelnya pada kategori Pilihan. Sementara yang masih hijau dan belum memiliki centang setiap artikelnya harus dinilai dan dipertimbangkan ulang.
Lalu bagaimana sebaiknya?
Pilihannya ada dua:
Pertama, cabut hak istimewa yang sudah diberikan pada Kompasianer Verifikasi Biru. Kembalikan format pemilihan artikel Pilihan/Highlight seperti semula. Artinya, semua artikel, tanpa memandang status akunnya harus dinilai dulu apakah layak masuk kategori pilihan atau tidak.
Kedua, beri privilige atau porsi yang sama pada Kompasianer Verifikasi Hijau agar semua artikel mereka langsung jadi Pilihan. Toh secara data administrasi, mereka benar-benar orang yang nyata, bukan akun abal-abal.
Dengan begitu, barulah Mas Nurulloh boleh berkata,
"Kami tutup mata dengan jenis akunnya. Yang kami nilai adalah karyanya!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI