Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benarkah Minuman Kopi Tak Boleh Diaduk?

24 Juni 2020   16:34 Diperbarui: 24 Juni 2020   16:47 3589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan kopi yang sejatinya terasa pahit ketika dimakan, akan hilang esensinya ketika bercampur dengan air dan gula yang diaduk. Inti dari rasa kopi itu hilang, rakyat jelata menjadi tidak berdaya.

Sudah begitu, tampilan kopi yang awalnya indah dan instagramable mendadak tampak seperti seonggok gumpalan yang porak poranda. Sungguh tak sedap dipandang. Semua sudah ada takarannya, semua sudah ada posisinya, untuk apa lagi diaduk-aduk?"

Sejenak, hening di antara kami berdua. Aku mencoba meresapi penjelasan filosofi kopi hitam yang dijelaskan temanku tadi. Tetap saja, aku tidak bisa melihat adanya benang merah yang bisa menyambungkan filosofi tersebut dengan realita minuman kopi yang tidak boleh diaduk.

Filosofi Kopi yang Diaduk

"Ok, sekarang jawab pertanyaanku. Seperti katamu tadi, dalam kacamata sosial, bagaimana caranya kehidupan berbangsa dan bernegara itu bisa kuat jika tidak ada interaksi sosial di antara setiap kelas masyarakat. Bagaimana mungkin kehidupan bermasyarakat itu bisa berjalan dengan baik jika masing-masing kelas sosial tetap dalam kotaknya masing-masing, tidak boleh bercampur dan bergaul satu sama lainnya?

Kalau kamu ibaratkan setiap materi yang menyusun secangkir kopi hitam itu sebagai strata sosial, justru mereka harus dicampur adukkan. Tidak boleh ada sekat yang memisahkan masing-masing kelas. Kopi yang pahit itu butuh gula untuk menyeimbangkan rasa pahitnya, juga butuh air panas agar dapat menciptakan minuman kopi yang nikmat. Rakyat jelata butuh kelas menengah dan kelas atas sekaligus bercampur dengan mereka agar tercipta kehidupan sosial yang harmonis.

Mengaduk kopi tidak akan menciptakan chaos, juga tidak dengan maksud memprovokasi agar tercipta revolusi. Sebaliknya, dengan mengaduk dan membuat susunan kopi yang semula hakiki itu menjadi apa yang kamu sebut 'seonggok gumpalan yang porak poranda', kamu akan bisa menikmati rasa minuman kopi yang sesungguhnya, bukan rasa biji kopi."

Kulihat temanku sudah membuka mulut hendak menyanggah, namun tak ada satu pun kata-kata yang keluar. Perlahan dia menunduk melihat minuman kopi yang menurutnya masih instagramable, lalu tiba-tiba diambilnya sendok dan diaduknya kopi dalam cangkir hingga susunan kopi yang tadinya indah dan 'nyeni' itu menjadi 'seonggok gumpalan yang porak-poranda'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun