"Tentu. Tapi, paling tidak aku menikmati seni dari meracik kopi itu sebelum meminumnya. Lagipula, dengan tidak mengaduk kopi, aku juga menghormati filosofi yang terkandung di dalamnya," kata temanku mencoba menenangkan diriku yang sudah agak emosi.
"Ah, filosofi lagi. Lagakmu kayak filsuf agung, setiap kali minum kopi kamu bicara filosofi kopi."
"Jangan terlalu skeptis begitu. Dengarkan dulu penjelasanku....."
"Ok, coba sekarang jelaskan seperti apa filosofi dari kopi yang tidak diaduk ini," kataku menyela tidak sabar.
"Simpel saja. Kalau kamu perhatikan proses ketika kopi hitam diracik, kamu akan sadar semua itu sudah ada tatanannya. Ibarat kata anak sosiologi, sudah ada strata sosialnya.
- Kopinya dulu;
- Ditambah gula (boleh tidak);
- Baru diguyur air panas.
Perhatikan stratanya, itu sudah sempurna banget. Ketika kamu menyeruput itu kopi, yang kamu dapatkan adalah rasa dari susunan yang hakiki. Kalau sudah begitu, buat apa lagi diaduk? Kopi bukan ketoprak, apalagi bubur ayam. Diaduk hanya akan menghilangkan keindahan seni membuat kopi."
"Sudah?" tanyaku dengan nada sinis dan siap menghantam balik penjelasannya.
"Sabar dulu kenapa. Yang aku jelaskan tadi baru dari sisi seni pembuatan dan keindahan fisiknya. Sekarang, kalau kita tengok dengan kacamata sosial, kopi yang ada di bagian bawah dan berjumlah banyak merupakan gambaran kaum proletar, rakyat jelata. Kelihatannya sepele, tapi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mereka adalah dasar kekuatan yang sesungguhnya.
Berikutnya, ada gula yang ibaratnya termasuk dalam kelas sosial menengah: yang akan memberikan pengaruh cita rasa ke atas dan ke bawah. Akan tetapi walaupun penting, perlu dicatat bahwa keberadaan gula bukanlah yang utama, bahkan bisa ditiadakan sama sekali kalau alam (baca: sang penikmat kopi) menghendakinya. Namun ingat, tidak akan ada kenikmatan yang tercipta jika gula yang ditaruh terlalu banyak. Jadi, secukupnya saja.
Terakhir, pada bagian atas ada curahan air panas. Â Mereka adalah upper class, kaum fancy dalam hidup ini.
Susunan strata yang sudah sempurna itu jika kita aduk akan menimbulkan kegamangan bahkan chaos. Ibarat kata ada yang memprovokasi agar terjadi revolusi.