Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Anak-anak Hanya Perlu Satu Kata Motivasi untuk Menulis

4 Juni 2020   00:06 Diperbarui: 4 Juni 2020   00:12 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taman surga diah lahir di sebuah rumah sakit kelas a dalam ruangan vip

Aku senang anak kita lelaki ! Karena kelak dia bisa jadi penerus!

Karena ke dua orang tuanya tergolong orang yang sangat berada!

Segala sesuatunya sudah dipersiapkan neneknya dikamar ohya!

Lain dari kita dan anak kita semua!

Dari kita semua kita saling rukun tidak pernah bertengkar!

Anak kita juga saling rukun!

Apa yang kalian rasakan setelah membaca tulisan di atas? Atau, penilaian seperti apa yang akan kalian berikan?

Kemungkinan besar kalian akan memberi nilai D, 'dreadful' alias mengerikan. Tulisan macam apa itu? Enggak nyambung sama sekali. Transisi kalimatnya berantakan. Seandainya itu puisi, juga tidak ada rimanya.

Ok, saya terima penilaian itu SEANDAINYA yang menulis adalah orang dewasa. Tapi, jika kalian orangtua, dan yang menulis paragraf di atas adalah anak kalian, sekarang bagaimana penilaian jujurnya?

Masih tetap bilang "mengerikan"? Atau malah memberi pujian?

Kalian akan berkata,

"Aduh Nak, kok tulisannya kacau begini. Belajar menulis lagi ya,"

Atau

"Wah, bagus sekali Nak. Ada yang kurang pas tuh. Tapi enggak apa-apa, nanti kamu bisa belajar memperbaikinya."

Cara kita memberi motivasi pada anak kelak akan mempengaruhi bagaimana kebiasaan menulisnya.

Oh ya, aku lupa memberi tahu. Tulisan yang mengawali artikelku di atas itu tulisan anakku, saat ia masih kelas 3 SD dan masih kusimpan sampai sekarang. Seperti yang kukatakan tadi, awalnya dia takut dan mengatakan tidak bisa menulis.

Kebanyakan kita juga sering mengaku tidak bisa menulis. Selalu berkata tidak punya bakat menulis. Padahal, bukan itu penyebab utama seseorang mengaku tidak bisa menulis.

Menurut Scott Berkun,

"It's not the fear of writing that blocks people, it's the fear of not writing well; something quite different."

"Bukan rasa takut menulis yang menghalangi orang, itu adalah rasa takut tidak menulis dengan baik; sesuatu yang sangat berbeda."

Ketidakmampuan seseorang untuk meletakkan kata-kata di halaman itu sebenarnya bukan berasal dari kurangnya kreativitas atau inspirasi atau ketiadaan bakat, melainkan keengganan bawah sadar untuk menulis apa pun yang tidak sepenuhnya sempurna.

Itu dulu yang pernah kualami saat mulai belajar menulis dengan baik. Setiap kali membuka dokumen Word atau halaman buku catatan kosong, aku belum juga mampu meletakkan kata-kata. Aku menunda-nunda dengan meneliti cara menulis buku, cara mulai menulis, apa yang harus ditulis, pokoknya berbagai tips menulis yang baik.

Sementara itu dialog perfeksionis batinku mulai berjalan. Seolah ada suara yang memenuhi kepalaku bahwa: "Aku tidak memiliki latar belakang menulis, aku tidak punya bakat menulis, aku tidak punya keterampilan menulis, aku tidak cukup baik untuk menulis." Dan berbagai pernyataan penolakan lainnya.

Hingga kemudian aku menemukan satu kata yang mengubah hidupku. Satu kata yang membuatku menjadi seperti sekarang, memiliki keterampilan mengolah kata-kata menjadi tulisan yang baik.

IZIN

Ya, cuma satu kata yang bisa memotivasi diriku, dan itu yang aku nasihatkan pada anakku.

IZIN

Sebuah kata sederhana yang memberi anakku kebebasan untuk merasa baik-baik saja saat ia tidak memperbaiki tulisannya pertama kali. Aku beri anakku IZIN untuk menulis apapun yang terlintas di kepalanya, baik atau buruk, indah atau berantakan.

Memberi izin untuk menerima sesuatu yang kurang sempurna adalah tiket yang harus dimiliki setiap orang untuk mulai menulis, tidak terkecuali anak-anak kita.

Karena IZIN itulah anak-anak kita punya tulisan. Dan, setelah belajar menulis dengan baik, kelak mereka akan bisa mengubah tulisan yang, menurut kita sampah itu, menjadi tulisan yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Jadi, alih-alih selalu membendung potensi diri dengan penolakan yang tidak berarti, beri anak-anak IZIN untuk membuang sisi perfeksionis mereka. IZINKAN mereka menulis sesuatu untuk pertama kalinya, tak peduli itu buruk, jelek atau malah indah.

Dengan IZIN, anak-anak dapat beralih dari nol kata menjadi sesuatu, dan itu sesuatu yang bisa mereka banggakan.

*Tulisan ini untuk meramaikan event #AlizEventForLibrary yang diadakan Komunitas Penulis Berbalas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun