Ketidakmampuan seseorang untuk meletakkan kata-kata di halaman itu sebenarnya bukan berasal dari kurangnya kreativitas atau inspirasi atau ketiadaan bakat, melainkan keengganan bawah sadar untuk menulis apa pun yang tidak sepenuhnya sempurna.
Itu dulu yang pernah kualami saat mulai belajar menulis dengan baik. Setiap kali membuka dokumen Word atau halaman buku catatan kosong, aku belum juga mampu meletakkan kata-kata. Aku menunda-nunda dengan meneliti cara menulis buku, cara mulai menulis, apa yang harus ditulis, pokoknya berbagai tips menulis yang baik.
Sementara itu dialog perfeksionis batinku mulai berjalan. Seolah ada suara yang memenuhi kepalaku bahwa: "Aku tidak memiliki latar belakang menulis, aku tidak punya bakat menulis, aku tidak punya keterampilan menulis, aku tidak cukup baik untuk menulis." Dan berbagai pernyataan penolakan lainnya.
Hingga kemudian aku menemukan satu kata yang mengubah hidupku. Satu kata yang membuatku menjadi seperti sekarang, memiliki keterampilan mengolah kata-kata menjadi tulisan yang baik.
IZIN
Ya, cuma satu kata yang bisa memotivasi diriku, dan itu yang aku nasihatkan pada anakku.
IZIN
Sebuah kata sederhana yang memberi anakku kebebasan untuk merasa baik-baik saja saat ia tidak memperbaiki tulisannya pertama kali. Aku beri anakku IZIN untuk menulis apapun yang terlintas di kepalanya, baik atau buruk, indah atau berantakan.
Memberi izin untuk menerima sesuatu yang kurang sempurna adalah tiket yang harus dimiliki setiap orang untuk mulai menulis, tidak terkecuali anak-anak kita.
Karena IZIN itulah anak-anak kita punya tulisan. Dan, setelah belajar menulis dengan baik, kelak mereka akan bisa mengubah tulisan yang, menurut kita sampah itu, menjadi tulisan yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Jadi, alih-alih selalu membendung potensi diri dengan penolakan yang tidak berarti, beri anak-anak IZIN untuk membuang sisi perfeksionis mereka. IZINKAN mereka menulis sesuatu untuk pertama kalinya, tak peduli itu buruk, jelek atau malah indah.