Dengan lancar, Rasyid menyebutkan judul esai yang kukirim. Ternyata benar. Masih dengan jantung yang berdegup kencang, aku memberikan data-data yang diperlukan.
"Terima kasih pak Himam. Setelah ini kami transfer hadiahnya. Sekali lagi selamat ya, semoga bisa menjadi berkah di hari raya besok," kata Rasyid menutup pembicaraan di telpon.
Alhamdulillah, tak henti-hentinya bibirku mengucap rasa syukur. Bergegas kujumpai istri dan anakku yang tengah menonton televisi di ruang tamu.
Dengan senyum merekah sempurna, kusampaikan kabar gembira yang baru kuterima.
"Arin, besok kita bisa lebaran dengan ceria. Bapak baru dapat kabar menang lomba. Hadiahnya sebentar lagi akan ditransfer. Arin mau beli baju lebaran yang seperti apa?"
"Alhamdulillah ya Allah," sambut istriku sambil mendekap wajahnya menahan tangis haru.
***
"Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang" (HR At Tirmidzi).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H