"Tidak apa-apa," kata istriku tersenyum.
"Bagaimana jualannya tadi Mas?" tanya istriku setelah meletakkan Arin.
"Alhamdulillah. Belum ada yang laku. Tapi tadi pas mampir berbuka dan salat Maghrib diberi nasi kotak. Nanti kita makan bersama ya."
"Arin dari tadi sudah merengek minta dibelikan baju baru," kata istriku.
"Baju yang tahun kemarin apa sudah kekecilan?" tanyaku balik.
"Ya enggak. Tapi Mas tahu sendiri, anak kecil biasanya gak mau tahu. Pikir mereka kan kalau lebaran harus ada baju baru."
"Ya, biar nanti aku bicara sama Arin," kataku mencoba menenangkan istriku.
"Gula dan beras juga hampir habis Mas," kali ini suara istriku terdengar lirih.
Kutatap wajahnya. Meski berusaha tersenyum, aku tahu ada semburat kesedihan di balik senyumnya.
"Insyaallah nanti ada rejeki. Uang hasil jualan hari ini buat zakat fitrah dulu. Lebihnya nanti kita belikan beras sama gula secukupnya. Sabar ya Dik," kataku sambil mengusap lembut matanya yang hampir meneteskan air mata.
"Iya Mas. Mas mau makan dulu apa nunggu salat Isya?"