Karena ketidaktahuannya, ia selalu mengingat hari perpisahan tersebut. Ia selalu mengingatkan diri bahwa kelak ia pun akan ditangisi. Namun tak hanya sekedar mengingat, ia juga mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Ia siapkan bekal untuk perjalanan mudik ke kampung halaman nan abadi. Inilah orang yang cerdas sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW.
Adapun orang yang bodoh adalah orang yang pura-pura lupa bahwa ia tidak tahu kapan dirinya meninggal, lantas ia tidak menyiapkan bekal apapun juga. Ia berusaha melupakan hari perpisahan tersebut dengan menghabiskan waktunya untuk menikmati dunia sepuas-puasnya. Sungguhpun begitu, ia tak akan luput dari kematian itu sendiri.
Pembaca Kompasiana yang dirahmati Allah,
Kematian adalah hal yang pasti datang, Tak ada yang tahu kapan malaikat maut akan datang mencabut nyawa. Layaknya anak panah yang tak pernah meleset, bagitu juga mati. Ia akan datang pada siapa saja meski orang tersebut berusaha menghindarinya (Ali Imran: 185).
Dan tiada seorang jiwa pun yang mengetahui di belahan bumi manakah ia akan mati (Luqman: 34).
Tak ada tempat untuk bersembunyi. Di mana saja kita berada, kematian akan mendapatkan kita, sekalipun kita berada di benteng yang kokoh, atau di lubang semut yang paling kecil (An-Nisa:78)
Sekiranya maut nanti akan menjemput kita, sedangkan kita belum sempat mempersiapkan bekal perjalanannya, yang tersisa hanya penyesalan semata.
"Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin"" (QS. 32:12).
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS Al-Jumu'ah : 8).
Pembaca Kompasiana yang dirahmati Allah,
Jadi, apakah kita termasuk orang cerdas ataukah orang bodoh? Apakah kita bisa menerima dan mengambil pelajaran terbaik dari pandemi Covid-19, atau malah meremehkannya begitu saja?