Seandainya Zaid bin Tsabit diminta memindahkan gunung, tugas itu akan ia kerjakan dengan mudah daripada tugas menghimpun Al Quran.
Ketika itu, Umar bin Khattab merasa khawatir dengan banyaknya hafidz atau penghafal Al Quran yang gugur di medan pertempuran Yamamah. Dengan rasa cemas, Umar segera menghadap khalifah Abu Bakar as Shiddiq r.a dan dengan gigih memohon agar para qari dan hafidz lainnya diperintahkan untuk menghimpun Al Quran sebelum mereka keburu gugur atau mati syahid.
Terhadap permintaan Umar dan sahabat lainnya, Abu Bakar tidak langsung mengiyakan. Khalifah pertama ini bersalat istikharah meminta petunjuk kepada Tuhannya. Setelah itu, dipanggilnya para sahabat mulia lainnya dan bermusyawarah.
Dari hasil musyawarah tersebut, diputuskan untuk segera menghimpun Al Quran dari para ahli baca dan ahli hafal Al Quran. Sebagai pemimpin dari tugas yang sangat mulia ini, dipilihlah sahabat Zaid bin Tsabit.
Mengenal Zaid bin Tsabit, Penghimpun Kitab Suci Al Quran
Zaid bin Tsabit adalah seorang Anshar dari Madinah. Usianya baru 11 tahun ketika Rasulullah datang berhijrah ke Madinah. Bersama-sama keluarganya, anak kecil ini ikut masuk Islam.
Di dalam naungan Islam, Zaid tak hanya tumbuh menjadi sosok pejuang, namun juga ilmuwan dengan berbagai macam bakat dan kelebihan. Ia menghafal Al Quran lalu menuliskan wahyu untuk Rasulullah ini. Di kalangan para sahabat Nabi, Zaid dikenal sebagai ulama yang mengepalai peradilan urusan fatwa, qiraat dan pembagian harta waris.
Begitulah, ketika khalifah Abu Bakar as Shiddik memberinya tugas untuk menghimpun Al Quran, Zaid bin Tsabit menganggap tugas ini sangat berat tanggung jawabnya. Zaid lebih suka memikul satu atau beberapa gunung di atas pundaknya, daripada ia sampai terpeleset salah bagaimanapun kecilnya dalam menuliskan ayat atau menyusunnya jadi surat sesuai dengan yang pernah dituntunkan oleh Rasulullah.
Namun, janji Allah menyertai tugas dan tanggungjawab berat yang harus diemban Zaid bin Tsabit. FirmanNya:
"Sesungguhnya Kami yang menurunkan peringatan (Al Quran), dan sesungguhnya Kamilah yang memeliharanya...!" (QS. Al Hijr: 9).
Dengan taufik dan janji Allah tersebut, Zaid bin Tsabit akhirnya berhasil menghimpun ayat-ayat Allah yang tersebar. Dari sejak awal diwahyukan kepada Rasulullah SAW, Al Quran tidak turun sekaligus atau sekali jadi. Karena Al Quran bukan kitab yang dikarang atau artikel yang ditulis.