Seperti kebanyakan masyarakat Indonesia yang tengah menghadapi pandemi, kali ini kami harus berlebaran tanpa bisa berkumpul bersama keluarga besar. Aku bisa membayangkan, rumah ibu di Surabaya akan sepi, hanya tinggal adikku dan keluarga kecilnya.
Tanpa Kehadiran Ibu, Suasana Lebaran Berkurang Maknanya
Namun, sekalipun pandemi Covid-19 sudah mereda sebelum hari raya, tetap saja lebaran kali ini akan terasa berbeda. Tanpa kehadiran Ibu di tengah-tengah kami, suasana lebaran seolah berkurang maknanya.
Bagaimanapun juga, di kalangan masyarakat Indonesia, lebaran identik dengan momen meminta maaf pada orangtua. Begitu pula dalam tradisi keluarga kami.
Usai salat di masjid, Ibu duduk di kursi tamu, sementara anak cucunya berbaris, menunggu giliran menghaturkan permintaan maaf. Dimulai dari keluarga kakakku yang pertama, dan berurutan hingga adikku yang bungsu.
Ramadan dan lebaran tahun ini, momen-momen kebersamaan kami bersama ibu hanya bisa kami kenang. Hati kami masih belum bisa melupakan indahnya kehangatan dan kasih sayang yang selalu dilimpahkan ibu kepada setiap anak dan cucunya.
2 Nasehat Yang Selalu Diberikan Ibu
Salah satu kenangan yang tidak terlupakan adalah selembar sajadah pemberian ibuku. Saat itu, aku berpamitan hendak merantau ke luar pulau. Sebelum berangkat, ibu memberiku sajadah putih, sembari berpesan, ""Hati-hati", kata Ibu sambil menyerahkan sebuah sajadah kepadaku. "Ini sajadah kesayangan almarhum Bapakmu. Bawalah, biar kamu selalu ingat untuk salat tepat waktu".
"Hati-hati" dan "Jangan lupa salat" adalah dua nasehat pendek yang selalu Ibu sampaikan. Setiap kali aku ditugaskan perusahaanku ke luar pulau untuk keperluan pekerjaan dari kantorku, dua nasehat itu selalu Ibu selipkan waktu aku berpamitan dan meminta do'a restu.
Menurut Ibu, sikap hati-hati tidak hanya ditujukan dalam hubungan sesama manusia. Namun, sikap hati-hati, juga harus ditujukan saat kita berhubungan dengan Sang Pencipta. Manusia itu mudah lupa untuk bersyukur atas segala nikmat yang sudah kita peroleh. Bahwa semua rezeki yang kita dapatkan tak lain adalah buah pemberianNya. Semakin banyak rezeki, semakin besar pula godaan terhadap kita untuk jauh dari Sang Pencipta.
Ibu juga menjelaskan, hidup itu ibarat menunggu waktu salat.
"Kamu bekerja, beraktivitas segala macam, tak lain hanya sekedar menunggu waktu salat tiba. Kamu dikatakan muslim, itu juga berkat salatmu," Â kata Ibu menjelaskan nasehat pendeknya.
Ramadan dan lebaran tahun ini, tak ada lagi ibu yang bisa menemani. Tak ada lagi ibu yang menangis terharu, menerima dengan penuh kasih sayang ungkapan "Minal Aidzin wal Faizin" yang dihaturkan anak cucunya. Tak ada lagi ibu yang tertawa riang gembira menyambut kedatangan anak cucunya yang tinggal di luar kota.