Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ada Rebusan Kucing Hitam di Balik Suksesnya Vietnam Meredam Pandemi Covid-19

27 April 2020   00:02 Diperbarui: 4 Mei 2020   01:18 2245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketakutan kita tentang pandemi ini seharusnya tidak digunakan sebagai alasan memperlakukan hewan-hewan yang tak berdaya yang mencari perlindungan pada kita, dengan penghinaan total, " sambung de Cadenet, dikutip dari New York Post.

Yang mengejutkan, perilaku memakan daging kucing hitam (dan juga anjing) dipromosikan oleh dokter-dokter setempat. Mereka mempromosikan konsumsi daging anjing dan kucing karena dianggap 'alami, tanpa bahan kimia, dan aman dikonsumsi'. Bahkan masakan dari daging kucing dan anjing juga dipromosikan lewat aplikasi pemesanan makanan.

Konsumsi Daging Kucing Meningkat Terpengaruh Pekerja Tiongkok

Di tengah pandemi Covid-19, konsumsi daging anjing dan kucing di Vietnam dilaporkan meningkat drastis. Micheal Chour, pendiri badan amal hewan Sound of Animals, mengatakan bahwa kenaikan konsumsi daging anjing dan kucing disebabkan oleh pengaruh tenaga kerja Cina yang datang ke negara-negara tetangganya seperti Vietnam dan Kamboja.

"Orang-orang masih makan banyak daging anjing (dan kucing) di daerah-daerah ini karena mereka percaya itu adalah obat. Mereka terpengaruh kebiasaan pekerja Cina yang datang ke negara itu dan membawa banyak praktik kebiasaan. Banyak dari kebiasaan itu telah diperkenalkan di sini dan orang-orang percaya bahwa karena Tiongkok adalah negara yang besar dan kuat, kita harus mendengarkan praktik-praktik ini," jelas Micheal Chour kepada The Sun.

Ironis sekali, jika dikatakan warga Vietnam mengonsumsi daging kucing dan anjing karena terpengaruh oleh pekerja Cina yang datang ke negara mereka. Sementara di saat yang sama, pemerintah Cina mulai memperketat perdagangan hewan liar dengan tujuan untuk dikonsumsi.

Setelah pandemi COVID-19, kota-kota Cina seperti Shenzhen dan Zhuhai telah melarang konsumsi daging anjing dan kucing sebagai bagian dari tindakan keras yang lebih luas terhadap perdagangan satwa liar. 

Departemen Pertanian Cina juga telah menyusun pedoman baru untuk mereklasifikasi anjing sebagai hewan peliharaan dan bukan hewan ternak, sebagai bagian dari respons terhadap wabah virus corona.

Yang jadi pertanyaan, mengapa hanya kucing hitam yang jadi korban? Mengapa kucing-kucing berwarna lain tidak dilirik dan diburu oleh mereka yang percaya mitos biadab ini? Apakah karena mitos kucing hitam yang kerap dihubungkan dengan nuansa mistik?

Entahlah. Yang jelas, seperti dikatakan Julia de Cadenet, ketakutan kita akan pandemi Covid-19 tidak lantas menjadi alasan untuk membenarkan setiap tindakan biadab terhadap hewan-hewan, apalagi seperti anjing dan kucing yang sudah biasa dipelihara manusia. 

Update Artikel

Seorang pembaca Kompasiana mengajukan keberatan dengan artikel ini karena menurut penelusurannya, berita tentang warga Vietnam yangmengonsumsi daging kucing hitam adalah hoaks. Berikut sanggahan yang disampaikan melalui email pribadi saya:

1. Berita sanggahan dalam bahasa Vietnam (sayangnya hanya ada dalam bahasa Vietnam)https://lostbird.vn/kham-pha-cung-lac/tin-tuc/bao-anh-dua-tin-nguoi-viet-nam-an-meo-den-de-chua-corona-967462.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun