"Manfaatkan perawatan medis (berobatlah), karena Allah tidak menciptakan penyakit tanpa obatnya, dengan pengecualian terhadap satu penyakit --usia tua (pikun)."Â
Melalui pertanyaan yang dijawabnya dengan mengutip hadis itu, Craig Considine mengajak pembaca untuk merenungkan maksud dari hadis tersebut, bahwa hakikatnya Nabi Muhammad mengajarkan bagaimana menyeimbangkan iman dan akal.Â
Craig Considine mengutip hadis tersebut sebagai jawaban atas pendapat beberapa orang yang menganjurkan doa sebagai senjata utama dan lebih baik dalam membendung penyebaran virus daripada mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan karantina.Â
Lebih lanjut, Craig memberi contoh dengan menukil sebuah sebuah kisah unta orang Badui, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.Â
"Pertimbangkan kisah berikut. Suatu hari, Nabi Muhammad melihat seorang lelaki Badui meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Dia (Nabi Muhammad) bertanya kepada orang Badui tersebut, 'Mengapa tidak engkau ikat untamu?' Orang Badui itu menjawab, 'Aku menaruh kepercayaan (tawakal) kepada Tuhan.' Sang Nabi pun kemudian bersabda, 'Ikat dulu untamu, baru kemudian tawakkal kepada Tuhan'."
Â
Tulisan Craig ini seolah menyindir praktik beberapa tokoh agama yang bergerak terlalu jauh dengan menyarankan umat untuk tetap melaksanakan ritual agama dalam keramaian.Â
Tidak sedikit tokoh-tokoh agama Islam yang dengan keras kepala mengatakan umat Islam jangan meninggalkan masjid dan tetap melakukan ritual agama secara berjamaah. Sementara di daerahnya virus corona sudah menyebar luas tak terbendung.Â
Lebih jauh lagi, tulisan Craig ini juga menyindir umat Islam di Indonesia, yang dikatakan negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Kita bisa lihat sendiri, dalam menghadapi pandemi Covid-19, praktik sosial kaum muslim Indonesia justru jauh dari anjuran Nabi Muhammad sebagaimana yang termaktub dalam berbagai hadis beliau.
 Masih banyak orang-orang berkumpul dan berkerumun tanpa kepentingan yang mendesak. Masih banyak warga yang enggan memakai masker, mencuci tangan dan menerapkan gaya hidup sehat serta praktik higienis dalam aktivitas sehari-hari. Dengan kata lain, masih banyak umat Islam di Indonesia yang meremehkan pandemi virus corona.Â
Jika ditanya mengapa mereka acuh tak acuh dengan protokol kesehatan yang dianjurkan otoritas kesehatan ini, sebagian besar menjawab, "Toh semua manusia juga akan mati, entah karena virus corona atau sebab yang lain."Â