Meski begitu, dari sisi medis masker kain yang menyatu dengan jilbab ini kurang efektif dibanding masker kain biasa yang dipasang terpisah. Setidaknya ada tiga alasan utama:
1. Kurang Menutup Rapat Bagian Hidung Hingga Dagu
Pertama, bagian jilbab yang digunakan untuk menutup hidung sampai leher ini tidak terpasang dengan erat.
Berbeda dengan masker kain biasa yang menggunakan tali atau karet untuk mengencangkan ikatannya. Dengan begitu, bagian hidung sampai dagu pemakainya bisa tertutup rapat dan kencang.
2. Bahan Kain Kurang Efektif Menyaring Partikel
Kedua, jenis kain yang digunakan juga mempengaruhi efektivitas medis jilbab corona. Setiap jenis kain memiliki tingkat kerapatan (thread count/TC) yang berbeda.
Kerapatan kain adalah jumlah benang per inci persegi dari kain. Ini terdiri dari benang vertikal (warp) dan benang horizontal (weft) yang dijalin bersama-sama. Semakin tinggi TC-nya, semakin rapat kainnya dan otomatis semakin efektif menyaring partikel udara.
Sebagian besar jilbab corona menggunakan bahan kain jersey, jenis kain yang banyak digunakan untuk produk fesyen busana muslim sejak tahun 2019 sampai sekarang. Hampir setiap toko busana yang menjual gamis, jilbab hingga kerudung menggunakan bahan dasar kain jersey.
Kain jersey adalah jenis kain rajut yang dibuat dari kombinasi bahan sintetis (polyester) dan bahan katun. Kain ini punya ciri khas berupa bahan yang dingin dan langsung jatuh ketika dikenakan.
Selain itu, kain ini memiliki tekstur elastis ketika ditarik dan juga lembut sehingga sangat digemari sebagai bahan kerudung. Sayangnya, kain jersey cenderung tipis dan menerawang karena jarak antar serat kain tidak terlalu rapat.
Sedangkan masker kain yang sekarang mulai banyak dijual, sebagian besar menggunakan kain drill, jenis kain untuk membuat seragam. Kain ini lebih tebal dari kain jersey dan memiliki tingkat kerapatan antar serat benang yang lebih tinggi.
3. Bagian yang Digunakan Sebagai Masker Hanya Satu Lapis
Ketiga, bagian kain yang difungsikan sebagai masker di jilbab corona hanya satu lapis saja.
Otoritas kesehatan sendiri menyarankan agar masker berbahan dasar kain minimal punya dua lapisan dengan satu sisi yang terbuka agar bisa diselipkan tisu. Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito, masker kain yang berlapis efektif menangkal virus hingga 70%.