Banyak yang bilang para siswa sekarang -- mereka yang kerap disebut Gen Z -- adalah digital natives. Sejak lahir mereka sudah mengenal dan akrab dengan dunia digital.
Faktanya tidak seperti itu. Percaya atau tidak, anak-anak yang sepenuhnya menguasai berbagai gim, sering menggunakan jejaring sosial macam Instagram atau TikTok sering tidak dapat melakukan tugas-tugas digital yang paling sederhana.
Anak saya sendiri masih bingung bagaimana melampirkan file ke email, atau melampirkan berkas tambahan di tugas Google Classroom-nya. Sementara di satu sisi anak saya begitu menguasai aplikasi TikTok maupun aplikasi media sosial lainnya.
Tak hanya siswa kelas dasar dan menengah, saya yakin banyak mahasiswa yang tingkat literasi digitalnya masih rendah. Saat mengajar di kelas virtual Gapura Digital, saya pernah mendapati seorang anak muda (saya asumsikan dia mahasiswa) bertanya bagaimana mematikan tombol microphone di aplikasi Google Hangout Meets!
Sama yakinnya saya bahwa banyak mahasiswa masih bertanya-tanya bagaimana cara bergabung di Google Classroom tanpa undangan email langsung.
4. Komitmen Guru
Dalam pendidikan, pengetahuan bukan satu-satunya faktor. Dedikasi dan komitmen guru sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan pendidikan itu sendiri.
Proses belajar mengajar secara online memang tidak membutuhkan banyak waktu sebagaimana kelas tradisional. Justru itu, karena tidak butuh banyak waktu, komitmen dan dedikasi yang kuat sangat diperlukan.
Kelas online membutuhkan lebih banyak pekerjaan, lebih banyak perhatian, dan lebih banyak komitmen daripada kelas tatap muka. Bagi guru, mereka harus mempersiapkan materi dan memikirkan apakah materi itu bisa sepenuhnya dipahami siswa tanpa harus mereka dampingi secara langsung.
5. Suasana Lingkungan Belajar
Saat kelas tatap muka di sekolah dalam kondisi normal, baik siswa maupun gurunya bisa fokus karena tidak ada gangguan di lingkungan pembelajaran. Hal ini tidak bisa kita dapatkan saat mereka belajar online.
Seandainya semua siswa sudah memiliki perangkat maupun akses internet, banyak dari mereka tidak memiliki lingkungan belajar yang memadai di rumah. Tak ada kamar pribadi yang bisa melindungi privasi belajar mereka. Sementara adik, kakak, maupun orang tua dapat membuat gangguan yang tak dapat dicegah atau dikendalikan siswa.