Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Cara agar Karyawan Tidak Di-PHK Saat Pandemi Corona

12 April 2020   08:39 Diperbarui: 12 April 2020   10:50 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perusahaan adalah keluarga, di mana setiap anggota keluarga harus dilindungi (ilustrasi diolah dari Canva)

Gelombang PHK Saat Pandemi Corona
Badai resesi sudah membayang di depan mata. Jutaan karyawan terancam PHK di tengah semakin mengganasnya pandemi corona.

Dalam dunia bisnis, satu-satunya jalan agar bisnis tetap bertahan adalah dengan mengurangi biaya operasional. Termasuk mem-PHK karyawan.

Beberapa waktu lalu, video yang memperlihatkan histerisnya sejumlah karyawan Ramayana Department Store yang di-PHK viral di dunia maya. Dengan air mata bercucuran, mereka berpelukan satu sama lain, saling menguatkan di tengah kondisi yang tak terduga.

PHK yang dilakukan manajemen Ramayana hanya satu riak kecil dari gelombang besar PHK karyawan yang melanda dunia bisnis di tanah air.

Menurut catatan Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah, sudah ada 150 ribu orang yang di-PHK atau 10 persen dari 1,5 juta pekerja yang terimbas kondisi sekarang.

Ada beberapa cara di mana perusahaan dapat memangkas biaya sebelum mereka harus mem-PHK karyawannya (shutterstock melalui forbes.com)
Ada beberapa cara di mana perusahaan dapat memangkas biaya sebelum mereka harus mem-PHK karyawannya (shutterstock melalui forbes.com)
"Pertama kalau lihat data dari 1,5 juta itu 10 persennya di-PHK, 90 persen itu dirumahkan. Artinya benar-benar PHK itu jadi upaya terakhir," kata Ida saat konferensi video, Sabtu petang, 11 April 2020.

Ida mengatakan, telah memberikan beberapa alternatif solusi kepada pengusaha sebelum melakukan PHK terhadap karyawannya. Pertama, dengan mengurangi upah pekerja dan memangkas fasilitas bagi pegawai tingkat atas.

Alternatif lainnya, perusahaan bisa mengurangi atau menghapuskan kerja lembur. Terakhir, pengusaha juga bisa merumahkan secara bergilir untuk sementara waktu.

Menurut ida, pengusaha paling banyak mengambil alternatif terakhir tersebut. "Saya berterima kasih sekali dengan teman-teman pengusaha yang benar-benar melakukan berbagai alternatif itu sampai tidak PHK," ucapnya.

Sementara itu, menurut catatan Organisasi Buruh Sedunia (ILO) dikutip dari liputan6.com, 81 persen dari tenaga kerja global yang berjumlah 3,3 miliar, atau 2,67 miliar saat ini terkena dampak penutupan tempat kerja.

"Para pekerja dan dunia usaha sedang menghadapi bencana, baik di perekonomian maju dan berkembang," ujar Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder, dalam keterangan resminya.

Belajar Untuk Tidak Mem-PHK Karyawan Dari Cara Barry-Wehmiller Saat Krisis Moneter
PHK Karyawan seolah-olah menjadi senjat pamungkas bagi perusahaan untuk bisa bertahan menghadapi badai resesi akibat pandemi Covid-19. Namun, seperti yang dikemukakan Menaker Ida Fauziah, ada beberapa cara yang bisa dilakukan pengusaha agar karyawan tidak sampai di-PHK. 

Salah satu cara adalah dengan mencontoh apa yang dilakukan Bob Chapman, CEO Barry-Wehmiller - perusahaan teknologi manufaktur yang berbasis di St. Louis yang berusia 125 tahun.

Saat krisis moneter 2008, Bob Chapman dihadapkan pilihan yang sulit. Beberapa tahun sebelumnya, Barry-Wehmiller sudah mengucapkan janji setia dan komitmen terbuka bahwa mereka "mengukur kesuksesan dengan cara menyentuh kehidupan orang-orang".

Krisis moneter yang melanda dunia usaha pada saat itu membuat Bob Chapman mengalami dilema. Jika ingin bertahan, dia harus mengingkari komitmen yang sudah disampaikan secara terbuka. Jika memenuhi komitmen tersebut, kondisi keuangan perusahaan dapat terancam.

Bertekad untuk tidak mengingkari janji itu, Bob Chapman datang dengan opsi ketiga, yang tampaknya mustahil. Kebijakan yang akan memungkinkan perusahaannya bertahan dari resesi tanpa memberhentikan salah satu dari 12.000 lebih karyawannya.

Dengan menemukan cara-cara kreatif untuk menghindari karyawannya pergi, Barry-Wehmiller muncul di sisi lain dari resesi dengan kondisi yang lebih kuat, dengan tenaga kerja yang tidak hanya utuh, tetapi juga bersemangat.

Cara Bob Chapman Menjaga Karyawan Tidak Di-PHK
Bagaimana caranya?

Di puncak krisis keuangan pada 2009, Bob Chapman dipanggil dewan direksi Barry-Wehmiller. Dalam kesempatan itu, Chapman dinasihati untuk mulai mem- PHK agar perusahaan dapat  menyesuaikan biaya operasional dan tetap bertahan. 

Pada saat itu, Chapman meyakinkan dewan direksi  bahwa perusahaan masih berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi badai. Menurut penilaian Chapman, perusahaan masih memiliki tumpukan pesanan dan prospek yang dapat menopang untuk beberapa bulan mendatang.

Namun, apa yang diharapkan Chapman bagai mimpi di siang bolong. Satu per satu kontrak pesanan dibatalkan. Ketika salah satu pelanggan terbesar merekai menahan pesanan senilai $ 20 juta, Chapman menyadari bahwa resesi akan menghantam jauh lebih cepat dan lebih keras daripada yang ia bayangkan.

Ketika penundaan dan pembatalan lain mulai bergulir, pendapatan Barry-Wehmiller mulai menguap. Chapman mulai dihadapkan dengan prospek merumahkan ribuan karyawan sehingga perusahaan yang berusia lebih dari seratus tahun dapat bertahan.

Tetapi, Chapman tidak ingin mengingkari janji dan komitmen yang sudah ditetapkan. Maka, dengan semangat pengorbanan, dimulailah langkah drastis agar perusahaan tetap bisa bertahan tanpa harus mem-PHK satu pun dari 12.000 lebih karyawan.

Chapman memulainya dengan memotong gajinya sendiri. Dari $ 875.000 menjadi $ 10.500, yang merupakan gaji awalnya saat bekerja sebagai akuntan di perusahaan tersebut. Setelah itu, perusahaan menangguhkan bonus eksekutif dan memangkas perjalanan dan pengeluaran diskresi lainnya. Perusahaan juga menerapkan program pensiun dini sukarela yang murah hati bagi karyawan yang hampir memasuki masa pensiun. Terakhir,  perusahaan meminta setiap karyawan untuk mengambil empat minggu cuti tanpa bayaran, pada waktu yang mereka pilih sendiri.

Kebijakan tersebut disambut sukacita oleh ribuan karyawan Barry-Wehmiller. Pasalnya, dengan resesi ekonomi yang tampak di depan mata, karyawan sudah gelisah tentang prospek PHK selama berbulan-bulan, dan sekarang mereka merasa aman.

Dari beberapa kebijakan yang dikeluarkan Chapman, cuti tanpa dibayar adalah langkah cerdas. Dengan bisa memilih waktu cutinya sendiri, karyawan bisa menggunakan hak mereka tersebut untuk diperdagangkan. 

Dalam arti, karyawan yang berpenghasilan rendah bisa "menjual" waktu cuti mereka ke karyawan lain yang membutuhkan waktu libur, bukan membutuhkan upah kerja untuk sementara.

Mem-PHK Karyawan Dapat Menghancurkan Budaya Perusahaan
Apa pelajaran yang bisa diambil dari kebijakan Bob Chapman di perusahaan Barry-Wehmiller ini?

Dalam prinsip Bob Chapman, memberhentikan karyawan tidak hanya akan menghancurkan budaya yang telah perusahaan bangun dengan kerja keras.

Di luar itu, mem-PHK karyawan juga dianggap tidak berperikemanusiaan karena membiarkan mereka pergi ke lingkungan di mana tidak ada pekerjaan lain yang bisa ditemukan.

Sayangnya, prinsip penuh kebaikan itu harus berbenturan dengan kenyataan bahwa perusahaan tidak mampu untuk terus membayar semua orang. Karena itu, Bob Chapman menekankan pentingnya semangat pengorbanan. 

Bagi Chapman, perusahaan layaknya sebuah keluarga, di mana setiap anggota keluarga tidak akan membiarkan saudara mereka harus banyak menderita.

Perusahaan adalah keluarga, di mana setiap anggota keluarga harus dilindungi (ilustrasi diolah dari Canva)
Perusahaan adalah keluarga, di mana setiap anggota keluarga harus dilindungi (ilustrasi diolah dari Canva)
Kebijakan yang diambil Bob Chapman ketika membawa Barry-Wehmiller keluar dari krisis mengajarkan pada kita bahwa kepemimpinan adalah tentang menjaga kehidupan yang dipercayakan kepada kita. 

Tanggung jawab seorang pemimpin bisnis adalah merancang model bisnis yang cukup tangguh untuk menahan guncangan ekonomi dan melindungi orang-orang di perusahaan mereka. 

Seorang pemimpin bisnis, perlu memikirkan orang-orang di perusahaan bukan sebagai karyawan yang memenuhi fungsi, tetapi karena masing-masing dari mereka adalah anak seseorang yang telah ditempatkan dalam perawatan perusahaan.

Mem-PHK karyawan seharusnya tidak menjadi pilihan utama atau pilihan yang mudah dibuat seorang pemimpin bisnis. PHK harus menjadi pilihan terakhir mutlak, dan seperti yang dilakukan Bob Chapman pada tahun 2009, ada beberapa cara di mana perusahaan dapat memangkas biaya sebelum mereka harus mem-PHK karyawannya.

Ibaratnya, pemimpin perusahaan adalah pilot pesawat terbang. Ketika pesawat mendekati puncak gunung, pilot memberi tahu penumpang bahwa pesawat mulai kehilangan ketinggian dan pesawat perlu menurunkan beban dengan cepat. 

Saat dihadapkan dengan kenyataan pesawat dapat menabrak gunung, ada beberapa hal yang dengan sukarela semua penumpang pesawat lepaskan sebelum mempertimbangkan kemungkinan mendorong orang keluar dari pesawat.

Referensi:
Diceritakan oleh Bob Chapman pada Kaushik Viswanath

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun