"Kebencianmu Melebihi Kejahatan Virus Corona"
Demikian cuitan seorang teman menanggapi tweet dari Denny Siregar. Cuitan tersebut ia lontarkan dengan nada geram saat membaca tweet Denny Siregar tentang bantuan Alat Pelindung Diri (APD) dari China, yang kemudian dibandingkan dengan tiadanya bantuan dari Arab Saudi.
Bukan sekali ini Denny Siregar melempar kegaduhan lewat akun twitternya. Namun, baru kali ini cuitan Denny membuat geram teman saya yang notabene masih sealiran dengan Denny (baca: pro pemerintahan Jokowi).
Seiring semakin luasnya penyebaran virus corona, menyebar luas pula infodemic, bahasa halus untuk menyebut hoaks atau disinformasi tentang pandemi covid-19. Pemerintah Indonesia sendiri mengancam para penyebar hoaks dengan ancaman pidana.
Meski dibayangi dengan penyebaran hoaks yang begitu massif, ada yang lebih berbahaya daripada misinformasi yang diterima masyarakat. Di saat pemerintah menghimbau semua pihak untuk bersatu dan bersama melawan corona, akun-akun penebar kebencian masih gentayangan.
Dengan enteng seolah tak punya rasa empati sama sekali, mereka mencuit dan mengunggah beragam postingan yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa mengindahkan sikap toleransi di tengah pandemi, mereka terus menggiring opini untuk satu tujuan tertentu.
Mereka, oleh beberapa netizen disebut sebagai BuzzerRp. Keyword "BuzzerRp" mulai beredar semenjak banyak isu publik hoaks yang menggiring opini pada kaum tertentu, salah satunya masyarakat yang sedang berdemo.
Beberapa influencer di media sosial pun tak luput dari tudingan menjadi "BuzzerRp", yaitu buzzer yang mendapatkan bayaran atas keperluan politik, yang dianggap tidak pro masyarakat. Satu diantaranya adalah Denny Siregar, yang harus diakui selalu konsisten bagai batu karang tak tergoyahkan opininya selalu menimbulkan perpecahan dan kebencian bagi kelompok tertentu.
Di luar Denny Siregar, beberapa tokoh politik juga sering dituding sebagai BuzzerRp. Kasus terbaru adalah postingan dari DEDDY YEVRI HANTERU SITORUS, M.A, anggota Komisi VI DPR RI - Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dari Dapil Kalimantan Utara.
Dalam unggahan di akun Facebooknya, Deddy menyoroti pembatasan trayek dan jadwal KRL yang dikeluarkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengakibatkan adanya penumpukan penumpang.
Alih-alih menggunakan bahasa yang santun dan menjernihkan keadaan serta menawarkan solusi, Deddy malah membuat status bullly dan provokatif di laman facebook-nya. Yang sangat disayangkan dan patut dikecam serta harus ada permintaan maaf darinya adalah, Deddy dengan sengaja menambahkan diksi berupa tagar #JatuhkanAnies yang jelas-jelas memprovokasi dan menghina Anies Baswedan.
Itu sebabnya dalam tulisan terdahulu, saya menyoroti ajakan pemerintah dalam tagline "Bersama Lawan Corona". Namun dalam kenyataannya, buzzerRp dan lawan politik Anies terus saja membully. Jadi, tajuk itu pun menjadi paradoks tersendiri: Bersatu Lawan Corona atau Bersatu Jegal Anies?
Jika pemerintah bertekad untuk membasi penyebar hoaks, sudah selayaknya pula pemerintah mengeliminasi, atau dengan meminjam istilah terbaru: me-lockdown para buzzerRp yang selalu membuat gaduh dan menebar kebencian antar anak bangsa.
Bagaimana kita bisa bersatu dan bersama melawan corona sementara mereka terus menerus menyuarakan kebencian mereka terhadap tokoh atau kelompok tertentu?
Ataukah, seperti yang diduga banyak pihak, para buzzerRp itu memang sengaja dipelihara pemerintah, mengingat begitu banyak aduan tentang mereka tapi hingga saat ini belum ada tangan hukum yang mampu menyentuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H