Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalau Musuh Terbesar Pancasila itu Agama, Hapus Saja Sila Pertama

12 Februari 2020   11:24 Diperbarui: 12 Februari 2020   11:31 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru saja dilantik, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Indonesia (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi langsung melontarkan pernyataan yang kontroversial. Pernyataan  Kepala BPIP yang masih menjabat sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga ini tak hanya gaduh, juga berpotensi menimbulkan perpecahan.

Menurut Yudian, belakangan ada kelompok yang mereduksi agama sesuai kepentingannya sendiri yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Mereka antara lain membuat Ijtima Ulama untuk menentukan calon wakil presiden. Ketika manuvernya kemudian tak seperti yang diharapkan, bahkan cenderung dinafikan oleh politisi yang disokongnya mereka pun kecewa.

"Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," papar Yudian.

Konsep Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yang majemuk seperti Indonesia, Yudian melanjutkan, merupakan anugerah terbesar dari Tuhan. Dari sisi sumber dan tujuan, Pancasila itu relijius karena kelima sila yang terkandung di dalamnya dapat ditemukan dengan mudah di dalam kitab suci ke enam agama yang diakui secara konstitusional di republik ini.

"Tapi untuk mewujudkannya kita butuh sekularitas bukan sekularisme. Artinya soal bagaimana aturan mainnya kita sendiri yang harus menentukannya," kata Yudian.

Di luar kontroversinya, pernyataan Yudian tersebut bisa dibilang aneh. Ada kontradiksi antara premis dengan kesimpulan yang diambilnya.

Pada premis mayor, Yudian mengatakan ada minoritas yang ingin melawan Pancasila. Sementara premis minornya Yudian melanjutkan Pancasila merupakan anugerah terbesar Tuhan dan dari sisi sumber serta tujuannya, Pancasila itu relijius karena kelima silanya dapat ditemukan di dalam kitab suci keenam agama yang diakui secara konstitusional.

Tap, mengapa kesimpulannya menjadi "musuh terbesar pancasila itu ya agama?"

Aneh kan? Logikanya, kalau Pancasila itu sudah mengandung nilai relijius, maka agama bukan menjadi musuh.

Apalagi dengan sangat gamblang sila pertama Pancasila menyebutkan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Sementara inti dari agama yang diakui di republik ini adalah percaya adanya Tuhan.

Kalau menuruti kesimpulan yang diambil Prof. Yudian, bahwa agama itu musuh terbesar pancasila, lebih baik sila pertama dihapus saja. Percuma sila ini dicantumkan sebagai dasar negara.

Percaya pada Tuhan, beragama, dan mengakui ada enam agama yang dianut rakyat Indonesia, tapi dirinya sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila menganggap musuh terbesar pancasila itu agama.

Jika prof. Yudian mengambil kasus Ijtima ulama sebagai landasan kesimpulannya, atau mengambil contoh minoritas lain yang ingin melawan pancasila dan memaksakan kehendak sebagai proposisi untuk menarik kesimpulan, maka bukan agama yang jadi musuh pancasila, melainkan radikalisme agama.

Di luar kesalahan logika dan penarikan kesimpulan, penggunaan diksi dalam pernyataan Yudian juga mengandung multitafsir, tapi jelas siapa yang dituju. Siapa minoritas yang ingin melawan Pancasila dan mengklaim sebagai mayoritas?

Karena kalimat tersebut didahului kasus Ijtima ulama untuk menentukan wakil presiden, publik sudah bisa mengambil kesimpulan sendiri kelompok mana yang dimaksud Yudian.

Sebagai Kepala BPIP, Prof. Yudian harusnya bisa membuat pernyataan yang sejuk, yang bisa merangkul semua golongan dan kelompok. Bukankah fungsi utama BPIP itu untuk membina ideologi Pancasila?

Nah, bagaimana bisa membina dan menanamkan nilai pancasila jika sesaat setelah dilantik langsung mengeluarkan pernyataan kontroversial yang berpotensi memecah belah bangsa ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun