Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Etiskah Mencari Untung Besar di tengah Wabah Virus Corona?

8 Februari 2020   23:53 Diperbarui: 9 Februari 2020   00:55 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tidak ada yang salah dengan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Bahkan seandainya kesempatan itu berada di atas penderitaan orang lain.

Seorang teman di grup WhatsApp mengirim tangkapan layar dari sebuah toko online yang menjual masker bedah merek Sensi. Dalam tangkapan layar tersebut, di bagian bawah foto produk penjualnya memberi keterangan, "Masker wajah merek sensi yang paling dicari -- anti virus corona." Harga yang dipatok penjual online tersebut Rp. 190 ribu untuk satu kotak berisi 50 masker.

Apakah salah jika ada penjual mengambil untung begitu banyak?

Tidak. Seperti yang saya katakan, tidak ada yang salah apabila ada orang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Sesuai hukum ekonomi, semakin banyak permintaan, persediaan barang akan semakin jarang. Harganya pun akan naik berbanding lurus dengan permintaan tersebut. Singkatnya, semakin banyak orang mencari, harga barang itu akan melonjak tajam.

Saat wabah virus corona semakin menyebar ke berbagai negara, salah satu item barang yang paling banyak dicari adalah masker. Bahkan menurut berita CNN, banyak orang antre membeli masker hingga situs e-commerce Amazon dan banyak toko online lainnya kehabisan persediaan masker.

Jika ada yang menjual, harganya naik berkali-kali lipat. Seperti yang ditunjukkan teman saya di grup WhatsApp tersebut. Masker bedah sensi dijual seharga 190 ribu rupiah per kota, padahal harga aslinya, sebelum meledaknya wabah dan isu virus corona, tak sampai 100 ribu rupiah.

Setiap penjual tentu ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Maka, sangat wajar apabila di tengah kebutuhan masker, banyak penjual yang mematok harga gila-gilaan.

Yang tidak wajar adalah keterangan foto produknya. Benar bahwa masker merek Sensi saat ini paling dicari. Terlepas dari kualitas produknya, salah besar dan menjadi penipuan apabila dikatakan masker bedah Sensi anti virus corona!

Tidak ada masker yang anti virus. Bahkan masker N95, hanya berfungsi mencegah penularan virus lewat udara.

Bukankah itu bahasa iklan atau bentuk promosi dari penjualnya?

Memang benar. Dalam bahasa marketing, keterangan foto yang dipakai si penjual itu adalah bentuk copywriting yang bisa dengan cepat menarik perhatian konsumen. Agaknya si penjual tahu efek psikologis masyarakat yang mudah panik, sehingga dia menambahkan kata-kata "anti virus corona".

Tapi, bahkan dalam membuat copywriting atau promosi kita perlu memperhatikan etika. Dan etika paling dasar dari iklan adalah "Dilarang Menipu".

Pada dasarnya, pemasaran adalah bentuk manipulasi pada konsumen. Beragam strategi manipulasi dilakukan produsen dan penjual supaya konsumen tertarik dan kemudian timbul keinginan untuk membeli.

Teknik manipulasi yang paling umum dan paling sering kita temui dalam strategi pemasaran adalah pemakaian kalimat "Syarat dan Ketentuan Berlaku."

Produsen atau penjual menuliskan tajuk promosi dengan huruf besar, dengan harapan bisa mengundang perhatian. Sementara di satu sisi, mereka memanipulasi dengan menyembunyikan informasi tentang syarat dan ketentuan mereka.

Namun, apa yang dilakukan penjual masker bedah Sensi tersebut bukan manipulasi, melainkan bentuk penipuan yang menungganggi ketidaktahuan konsumen akan fungsi masker bedah biasa yang tidak bisa mencegah segala macam virus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun