Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Jokowi, Kufur Nikmat Itu Apa?

7 Februari 2020   10:01 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:10 12460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Jokowi, Kufur Nikmat Itu Apa? | freepik

Dari awal Jokowi menjabat sebagai presiden sejak 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia mentok di kisaran angka 5 persen, tak pernah lebih. Padahal Jokowi pernah menjanjikan ekonomi Indonesia akan meroket hingga 7 persen.

Menanggapi catatan buruk ini, Jokowi mengajak masyarakat untuk mensyukuri pencapaian ekonomi sekaligus mengingatkan untuk tidak kufur nikmat.

"Marilah kita bandingkan dengan negara-negara lain terutama di G20, kita ini nomor 2 pertumbuhan kita. Alhamdullilah ini juga patut kita syukuri bahwa pertumbuhan ekonomi masih di atas 5%, 5,02%," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2020).

"Patut kita syukuri, yang lain-lain bukan turun, anjlok. Kalau tidak kita syukuri artinya kufur nikmat. Mempertahankan posisi seperti itu saja sulit sekali," tuturnya.

Baca juga: [Kusambut Ramadan 1442 Hijriah]: Hindari Kufur Nikmat agar Karunia Makin Lekat

Ah, saya tidak meragukan pemahaman pak Jokowi tentang arti kufur nikmat. Tapi berhubung pernyataan beliau ditujukan pada masyarakat Indonesia, perlu kita tegaskan lagi apa yang dimaksud kufur nikmat itu.

Arti Kata Kufur

Pak Jokowi tentu sudah tahu bahwa kata "kufur" adalah bentuk lain dari kata "kafir" atau "kafara". Artinya awalnya adalah "menutupi".

Nah loh, mestinya pak Jokowi harus lebih berhati-hati menggunakan kata ini karena beberapa pembantu pak Jokowi sendiri alergi dengan kata "kafir". Bahkan beberapa waktu lalu sempat ada lontaran wacana untuk melarang penyebutan kata "kafir".

Dalam Al Quran, kata "kafir" dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 525 kali. Teks keagamaan menggunakan kata ini setidaknya untuk lima makna. Yang paling mudah dan paling sering dipahami umat Islam adalah: keluar dari agama.

Padahal tidak semua teks dalam Al Quran yang berisi kata "kafir" dalam berbagai bentuknya itu berarti "keluar dari agama (Islam)". Seperti firman Allah dalam Surah Al Hadid ayat 20 yang menggunakan kata "kuffar" (bentuk jamak dari kafir) untuk memaknai para petani yang "menutupi" benih dengan tanah.

Baca juga: Pesan Syukur dan Tidak Kufur Nikmat, Presiden Paham Kondisi Umat

Lalu, apa makna kufur nikmat seperti yang dikatakan pak Jokowi?

Secara harfiah, makna dari kufur nikmat adalah "menutupi nikmat". Makna yang lebih dalam lagi adalah tidak mensyukuri /mengingkari nikmat yang sudah diberikan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yang populer dalam surah Ibrahim ayat 7:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, '"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.'"

Dalam konteks pernyataan pak Jokowi, dengan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen dan pada saat yang sama banyak negara maju pertumbuhan ekonominya anjlok, hal ini patut kita syukuri. Masih untung kita tumbuh di atas 5 persen, tidak anjlok seperti negara-negara G20. Seperti itulah makna sederhananya.

Namun, dengan mengemukakan pernyataan seperti itu, pak Jokowi terlihat hanya mencari pembenaran atas pencapaian buruk yang meleset jauh dari target. Jika setiap tahun pertumbuhan ekonomi mentok di angka 5 persen, lantas bagaimana dengan target pertumbuhan ekonomi yang meroket di angka 7 persen?

Rakyat Indonesia bukannya tidak mau bersyukur, atau mengingkari nikmat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen ini. Tapi rakyatnya pak Jokowi kan ingin hasil yang lebih baik lagi, ingin mencapai angka 7 persen seperti yang dulu dijanjikan pak Jokowi.

Lagipula, dalam konteks makna "kufur" atau "kafir" yang lebih luas, bangsa ini sejak lama kufur nikmat.

Allah sudah menganugerahkan kepada bangsa Indonesia kemerdekaan dan tanah air yang kaya raya. Sumber daya melimpah. Dari perut bumi dan kedalaman laut hingga permukaan tanah Indonesia terdapat berbagai nikmat Ilahi.

Baca juga: Siapa yang Kufur Nikmat, Pak Presiden?

Semuanya harus disyukuri, tidak boleh dikufuri -- dalam arti ditutup-tutupi. Anugerah kekayaan alam ini harus diolah agar bisa terlihat dan dinikmati oleh semua rakyat.

Tetapi apa yang terjadi selama ini, jauh dari kata syukur. Segala sesuatu yang semestinya bisa kita hasilkan dari kekayaan alam Indonesia, pada kenyataannya malah harus membeli dari negara lain.

Kekayaan alam Indonesia diolah dan dinikmati oleh segelintir orang saja. Sumber daya alam Indonesia hanya dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau golongan. 

Sementara di satu sisi ada sekian ratus juta rakyat Indonesia mengeluh akan keterbatasan nikmat dan kesempitan hidup. Mereka "terpaksa" mengingkari nikmat yang sudah diberikan Allah karena pemerintah yang berkewajiban mengelola kekayaan alam tidak memberi kesempatan pada rakyatnya untuk melihat dan menikmatinya.

Inilah makna kufur nikmat yang sesungguhnya bagi bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun