Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Jokowi, Kufur Nikmat Itu Apa?

7 Februari 2020   10:01 Diperbarui: 17 Juni 2021   08:10 12460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Jokowi, Kufur Nikmat Itu Apa? | freepik

Secara harfiah, makna dari kufur nikmat adalah "menutupi nikmat". Makna yang lebih dalam lagi adalah tidak mensyukuri /mengingkari nikmat yang sudah diberikan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah yang populer dalam surah Ibrahim ayat 7:

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, '"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.'"

Dalam konteks pernyataan pak Jokowi, dengan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen dan pada saat yang sama banyak negara maju pertumbuhan ekonominya anjlok, hal ini patut kita syukuri. Masih untung kita tumbuh di atas 5 persen, tidak anjlok seperti negara-negara G20. Seperti itulah makna sederhananya.

Namun, dengan mengemukakan pernyataan seperti itu, pak Jokowi terlihat hanya mencari pembenaran atas pencapaian buruk yang meleset jauh dari target. Jika setiap tahun pertumbuhan ekonomi mentok di angka 5 persen, lantas bagaimana dengan target pertumbuhan ekonomi yang meroket di angka 7 persen?

Rakyat Indonesia bukannya tidak mau bersyukur, atau mengingkari nikmat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,02 persen ini. Tapi rakyatnya pak Jokowi kan ingin hasil yang lebih baik lagi, ingin mencapai angka 7 persen seperti yang dulu dijanjikan pak Jokowi.

Lagipula, dalam konteks makna "kufur" atau "kafir" yang lebih luas, bangsa ini sejak lama kufur nikmat.

Allah sudah menganugerahkan kepada bangsa Indonesia kemerdekaan dan tanah air yang kaya raya. Sumber daya melimpah. Dari perut bumi dan kedalaman laut hingga permukaan tanah Indonesia terdapat berbagai nikmat Ilahi.

Baca juga: Siapa yang Kufur Nikmat, Pak Presiden?

Semuanya harus disyukuri, tidak boleh dikufuri -- dalam arti ditutup-tutupi. Anugerah kekayaan alam ini harus diolah agar bisa terlihat dan dinikmati oleh semua rakyat.

Tetapi apa yang terjadi selama ini, jauh dari kata syukur. Segala sesuatu yang semestinya bisa kita hasilkan dari kekayaan alam Indonesia, pada kenyataannya malah harus membeli dari negara lain.

Kekayaan alam Indonesia diolah dan dinikmati oleh segelintir orang saja. Sumber daya alam Indonesia hanya dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau golongan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun