Gabungan ide Malthus, saran dari Francis Pale dan Charles Knowlton inilah yang kemudian membuat para peneliti berusaha untuk menemukan alat kontrasepsi dan membentuk konsep Keluarga Berencana.
Anehnya, dalam perkembangan penelitian mengenai alat kontrasepsi, kaum wanita yang memiliki banyak pilihan kontrasepsi. Mulai dari IUD, Diafragma, pil kontrasepsi oral. Sedangkan pria hingga saat ini hanya memiliki sat pilihan: kondom! Dengan catatan tubektomi atau vasektomi tidak terhitung karena termasuk kontrasepsi permanen.
Sementara dari sisi moral, pria semestinya menanggung lebih banyak tanggung jawab kehamilan. Hanya pria yang bisa menghamili wanita, bukankah begitu?
Lalu, jika pria yang menghamili, mengapa wanita yang harus kontrasepsi? Adil atau tidak pertanyaan ini, faktanya tanggung jawab dan resiko atas kontrasepsi itu memang lebih banyak berada di tangan wanita.
Dengan banyaknya pilihan kontrasepsi, banyak pula risiko yang harus ditanggung wanita. Pil, misalnya, dapat menyebabkan masalah ketidaksuburan dan terkait dengan depresi dan perubahan suasana hati. IUD telah menyebabkan uterus berlubang dan keracunan tembaga. Diafragma dapat menyebabkan iritasi genital dan terbakar saat buang air kecil.
Sementara pria risikonya cuma satu: kondom membuat hubungan seks mereka kurang menyenangkan. Di satu sisi, pilihan kontrasepsi yang ada pada pria ini lebih murah daripada pil atau IUD atau diafragma. Plus pilihan ini datang dalam berbagai rasa dan tekstur.
Dengan risiko yang sangat remeh, namun lebih murah dan punya banyak variasi tekstur dan rasa, anehnya banyak pria yang enggan memakainya. Mereka lebih mengandalkan kalender dan membebankan tanggung jawab kehamilan itu pada wanita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H