Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Fenomena Kerajaan Fiktif, Delusi atau Halusinasi?

23 Januari 2020   08:31 Diperbarui: 23 Januari 2020   08:38 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh paling jelas adalah kasus Sunda Empire dan fenomena kerajaan fiktif belakangan ini. Para pendiri dan pengikutnya termasuk dalam kategori memiliki delusi grandiose.

3. Delusi Cemburu

Banyak yang tidak menyadari jika rasa cemburu berlebihan juga termasuk jenis delusi. Seseorang yang percaya pasangannya tidak setia dianggap memiliki delusi cemburu. Sekalipun terkesan remeh, jangan menganggap enteng rasa cemburu. Penderita delusi cemburu akut sering bisa melakukan kekerasan pada pasangannya.

4. Delusi Persekutorik

Orang dengan delusi jenis ini memiliki keyakinan bahwa dirinya berada dalam bahaya; atau akan mengalami sesuatu yang membahayakan; atau orang lain berencana untuk menyakiti dirinya. Biasanya, penderita delusi persekutorik sering membuat pengaduan pada aparat hukum untuk melaporkan khayalannya tersebut.

5. Delusi Somatik

Orang yang percaya bahwa mereka memiliki cacat fisik atau masalah medis.

6. Delusi Campuran

Orang-orang ini memiliki dua atau lebih jenis delusi yang tercantum di atas.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, orang-orang seperti Rangga, Toto dan para pengikut kerajaan fiktif adalah orang yang memiliki gangguan delusi grandiose.

Lalu, mengapa banyak yang keliru menyebut perilaku semacam ini sebagai halusinasi?

Halusinasi adalah Gejala Delusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun