Coba seandainya skripsi itu segera kita kerjakan setelah kita mencapai syarat akademiknya. Misalnya setelah nilai SKS kita mencukupi untuk mengerjakan skripsi, kita langsung mengajukan tema proposal penelitian ke dosen pembimbing.
Skripsi itu membutuhkan waktu untuk mengeksplorasi kebenaran dalam topik yang kita pilih sehingga bisa kita pahami secara mendalam. Dengan mengerjakannya sejak awal dan bertahap, kita bisa mengeksplorasi bagian demi bagian dan fokus tanpa ada tekanan apapun.
Hasilnya, kita bisa dengan mudahnya menulis skripsi dan memahami setiap bagian dari skripsi tersebut dengan baik.
5. Hubungan Interaksi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Kurang Mulus
Kategori alasan ini mungkin yang menjadi penyebab utama skripsi kita molor sampai bertahun-tahun. Solusinya cuma satu: Singkirkan idealisme atau ego pribadi.
Kurang harmonisnya hubungan antara mahasiswa dan dosen pembimbing kerap diakibatkan rasa ego dari masing-masing pihak. Entah itu karena idealisme mahasiswanya, atau karena pada dasarnya si dosen sudah terlanjur benci dengan kita.
Jika hubungan interaksi itu terhambat karena idealisme semata, singkirkan dahulu idealisme tersebut. Jadilah mahasiswa yang pragmatis untuk sementara waktu.
Jika ada satu sikap atau kelakuan kita tidak berkenan di hati dosen pembimbing, sehingga menumbuhkan rasa tidak suka atau benci, bertamulah ke rumahnya. Minta maaf, dan bila perlu bawa oleh-oleh.
Nah, setelah menguraikan satu per satu kelima kategori alasan di atas, masihkah ada yang bilang menyelesaikan skripsi itu susah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H