Sekarang, mari kita uraikan masing-masing alasan tersebut supaya ketemu jalan keluarnya.
1. Persepsi Bahwa Skripsi itu Susah
Yang namanya persepsi itu sudah pasti terbentuk dari pikiran kita sendiri. Coba sekarang kita persepsikan skripsi itu mudah, semudah kita menulis catatan harian atau menulis kata-kata cinta dan rayuan.
Sejak dari masuk kuliah, kita sudah terbebani pikiran bahwa nanti apabila sudah waktunya membuat skripsi pasti susah. Mengapa tidak kita balik? Dari sekarang latihlah mental dan pikiran kita untuk menganggap skripsi itu mudah. Dengan begitu, kita bisa menyelesaikan skripsi dengan cepat dan tepat waktu.
2. Tidak Tahu Dari Mana Mengawali Skripsi
Skripsi itu termasuk bagian dari esai akademik. Sejak SMA kita diajari bahwa esai akademik itu terdiri dari 3 bagian:
- Pendahuluan, yang biasanya mencakup Latar Belakang dan Perumusan Masalah/Hipotesis
- Pembahasan, yang berisi hasil penelitian atau kajian dari studi literatur.
- Penutup atau kesimpulan
Bagian tersulit dari esai akademik bukan terletak di tengah atau Pembahasan. Soalnya kita sudah melakukan penelitian dan mendapatkan data serta hasilnya. Tinggal kita tuliskan saja. Kita juga sudah banyak membaca dan mengkaji berbagai literatur, sehingga kita bisa langsung menuliskan pokok-pokok keyakinan dari analisis terhadap literatur tersebut.
Justru yang tersulit dari esai akademik itu terletak pada bagaimana membuka dan menutupnya. Untuk mengawali skripsi, terlebih dahulu kita harus tahu tujuan Pengantar/Pendahuluan dari esai akademik, yakni:
 1. Untuk memperkenalkan kerangka teori yang akan memandu analisis.
2. Untuk memperkenalkan pernyataan tesis yang akan mengatur makalah.
Dengan mengikuti norma tersebut, kita tidak akan menghamburkan banyak pernyataan yang terlalu umum atau tidak berguna. Satu tips sederhana dari menulis bagian pendahuluan ini adalah:
Hindari membuat pernyataan yang tidak dapat dibuktikan.
Biasanya pernyataan semacam ini menggunakan kata "Mungkin".