Menjelang pemilu  Amerika Serikat tahun 2012, Donald Trump mencuit lewat akun twitternya:
In order to get elected, @BarackObama will start a war with Iran.--- Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 29, 2011
Bukan tanpa sebab jika pada waktu itu Trump mengatakan bahwa untuk bisa terpilih kembali, Obama akan melancarkan serangan ke Iran. Seperti sudah menjadi resep tersendiri bagi beberapa presiden Amerika Serikat, bahwa kalau ingin terpilih kembali, Â lakukan hal berikut ini: Mulailah perang. Salahkan musuh. Luncurkan beberapa serangan mematikan.
George W. Bush adalah contoh presiden Amerika Serikat yang sukses menjalankan gaya kampanye peperangan. Bush memenangkan masa jabatan kedua pada tahun 2004 di puncak Perang Irak dan Afghanistan.
Trump rupanya sadar akan arti pentingnya resep ini. Buktinya seperti yang sudah kita ketahui, 8 tahun setelah ia memposting cuitan di twitter, ia memulai perang. Dan ironisnya, musuh yang ia pilih sama dengan yang ia tuduhkan pada Obama: Iran.
Pembunuhan Soleimani adalah Pelanggaran Kedaulatan Negara Lain
Konstelasi politik di Timur Tengah dan Amerika Serikat memanas di awal dekade baru ini. Pada Malam Tahun Baru, kedutaan AS di Baghdad diserang oleh para pemrotes yang marah oleh serangan udara Amerika terhadap pangkalan militer Hizbullah di Irak dan Suriah. Presiden Trump menuduh Iran berada di belakang para demonstran dan mengatakan bahwa Iran akan "bertanggung jawab penuh".
Situasi semakin meningkat pada Jumat (3/1) pagi ketika Amerika Serikat membunuh Jenderal Qassem Soleimani, pemimpin pasukan Quds Iran dalam serangan udara pesawat tak berawak. Soleimani dituduh bertanggung jawab atas ratusan kematian tentara Amerika dan dianggap sebagai salah satu pria paling berbahaya di Timur Tengah. Serangan udara itu kemudian diikuti oleh serangan lain yang menewaskan beberapa pejabat Iran.
Tewasnya Soleimani membuat pemerintah Iran meradang dan langsung mengeluarkan reaksi keras. Soleimani boleh dibilang pemimpin kedua Iran. Pengaruh dan kekuasaannya hanya setingkat di bawah pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Membunuh Solemani, pejabat pemerintah negara berdaulat sama artinya dengan melanggar kedaulatan negara tersebut. Dampaknya tentu jauh lebih serius dibandingkan pembunuhan atas pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden atau pemimpin ISIS Al Baghdadi.
Tidak seperti Al Qaeda, yang tidak memiliki cara untuk secara signifikan membalas kematian Osama Bin Laden, Iran dapat menyerang banyak kedutaan dan instalasi Amerika Serikat di Timur Tengah. Dan ini sudah dibuktikan saat Iran meluncurkan rudal ke pangkalan militer Ain Assad dan Irbil di Irak pada  Selasa sore (7/1).
Kombinasi Jihad dan Nuklir, Dua Senjata Utama Iran
Mungkin banyak yang meremehkan kekuatan militer Iran yang dianggap tidak sepadan dan secanggih yang dimiliki militer Amerika Serikat. Namun, Iran punya 2 kombinasi senjata yang bisa memicu terjadinya perang dunia ketiga.
Yang pertama adalah senjata nuklir. Sejak pemerintah Amerika Serikat menarik diri dari pakta senjata nuklir 2015, Iran perlahan-lahan membangun senjata nuklir. Pada November ini, juru bicara pemerintah Iran telah mengklaim bahwa Iran telah memperbaiki pengayaan uranium hingga 20%, yang merupakan rintangan paling sulit untuk membuat uranium siap dijadikan senjata nuklir.
Kombinasi senjata kedua yang tidak kalah mengerikan adalah semangat Jihad. Iran adalah negara teokratis fasis, negara yang diperintah oleh pemimpin sekte agama fundamentalis radikal yang penganutnya bersedia berjihad dan menjadi martir.
Jika Amerika Serikat berperang melawan Iran, maka itu bisa jadi perang yang tidak akan pernah dialami Amerika sejak Perang Pasifik, dimana fanatisme "kekaisaran" Jepang memicu terjadinya Perang Dunia Kedua. Kombinasi jihad dan nuklir Iran bisa mengarah pada terjadinya Perang Dunia Ketiga.
Iran tidak punya pilihan lain selain meladeni serangan AS yang menewaskan Solemani dengan serangan mematikan yang sama. Jika kekuatan militer mereka diremehkan karena rendahnya teknologi persenjataan yang dimiliki, tidak demikian dengan semangat jihad warga Iran. Siapa yang bisa memprediksi tidak akan ada bom bunuh diri berkekuatan nuklir yang akan dilancarkan Iran jika keadaan semakin memburuk?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H