Nama Reynhard Sinaga jadi pembicaraan dunia, khususnya warga Inggris. Pria berusia 36 tahun ini dijatuhi hukuman seumur hidup setelah dinyatakan bersalah melakukan perkosaan dan serangan seksual terhadap 48 pria Inggris. Nyaris 160 dakwaan dijatuhkan, menurut jaksa.
Reynhard adalah mahasiswa Indonesia yang tengah mengambil studi doktoral saat ditangkap polisi pada Juni 2017. Sebelumnya, Reynhard telah tinggal di Manchester sejak 2007.
Terbongkarnya Aksi Reynhard Sinaga
Kasus Reynhard terbongkar pada Juli 2017 setelah salah satu korbannya mendadak sadar dan memukul Reynhard. Korban yang juga pemain rugbi inilah yang melapor ke polisi, sehingga aksi Reynhard bisa diselidiki.
Korban ini menggambarkan Reynhard seseorang yang tampaknya bersahabat dan tak ada yang perlu dikhawatirkan dari perilakunya. Ia juga ingat Reynhard memberinya cairan minuman berwarna merah dan minuman tak berwarna. Setelah itu, katanya, ia tak ingat sama sekali. Beberapa jam kemudian, ia terbangun ketika Reynhard menidurinya.
Kepolisian mencurigai obat bius yang digunakan Reynhard adalah GHB - (gamma hydroxybutyrate) - obat yang dapat membuat korban tak sadarkan diri dan tertidur berjam-jam.
Obat ini menurut pakar forensik dan toksikologi yang dihadirkan di pengadilan, Dr Simon Elliott, selain memiliki efek membuat korban tak ingat dan tertidur pulas, juga mengendorkan tubuh. Kondisi tubuh yang kendor memudahkan perkosaan melalui anus, menurut pakar.
Mengenal GHB, Obat yang Digolongkan Narkotika
Gamma hydroxybutyrate (GHB) adalah bahan kimia yang ditemukan di otak dan area lain dari tubuh. Bahan ini juga bisa dibuat di laboratorium seperti obat-obatan sintetis lainnya.
GHB (C4H8O3) dapat diproduksi dengan sedikit pengetahuan tentang kimia, karena hanya melibatkan pencampuran dua prekursornya, yakni GBL (gamma butyrolactone) dan alkali hidroksida seperti natrium hidroksida, untuk membentuk garam GHB. Karena bahan prekursornya banyak tersedia dan proses pembuatannya mudah, GHB banyak diproduksi secara ilegal di rumah-rumah pribadi.
Dalam dosis kecil, GHB dapat menyebabkan efek euphoriant, yakni menyebabkan peminumnya merasa senang dan nyaman. Karena efeknya ini, GHB sering dikonsumsi orang-orang yang datang ke klub malam. Sejak tahun 1990, muncul istilah slang untuk GHB, yakni ekstasi cair, lolipop, cairan X atau cairan E karena kecenderungannya untuk menghasilkan euforia dan kemampuan bersosialisasi bagi pemakainya di acara-acara pesta klub malam.
Beberapa atlet juga menggunakan GHB karena obat ini dipasarkan sebagai agen anabolik, meskipun tidak ada bukti bahwa GHB bisa membangun otot atau meningkatkan kinerja atletik.
GHB Terkenal Sebagai Obat Pemerkosaan
Pada periode 1990-an, GHB banyak tersedia di jaringan toko obat-obatan di Amerika Serikat sebagai suplemen makanan. Namun karena banyaknya kasus pemerkosaan yang terbukti menggunakan GHB sebagai obat untuk membius korbannya, otoritas makanan dan obat-obatan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan jenis obat ini dari pasaran. Â
Ada beberapa kasus GHB yang terkenal sebagai obat pemerkosaan yang mendapat perhatian nasional di Amerika Serikat. Pada awal 1999, seorang gadis berusia 15 tahun, Samantha Reid dari Rockwood, Michigan, meninggal karena keracunan GHB. Kematian Reid menginspirasi undang-undang berjudul "Hillory J. Farias dan Samantha Reid Date-Rape Drug Prohibition Act of 2000". Melalui undang-undang ini, GHB dinyatakan sebagai zat terkontrol kelas Schedule 1 seperti heroin.
Kasus lain yang membuat GHB terkenal sebagai obat pemerkosa adalah kasus Burning Sun yang terjadi di Korea Selatan. Kasus ini terkenal di kalangan selebriti dan penggemar K-Pop karena menyeret nama Seungri, mantan personel Boy Group Bigbang. Â Burning Sun merupakan nama klub malam terkenal di Seoul, Korea Selatan.
Pihak Kepolisian Metropolitan Seoul menduga terjadi bisnis narkoba di dalam kelab malam tersebut. Salah satu jenis narkoba yang dijual, yakni GHB diberikan kepada wanita yang berada di sana lalu wanita tersebut diperkosa. Seungri sendiri diperiksa karena ia menjadi salah satu investor di Burning Sun dan pernah bekerja di sana sebagai direktur eksekutif.
Ciri Fisik dan Efek GHB pada Tubuh
Ciri fisik GHB sendiri tidak berwarna dan tidak berbau. Obat ini digambarkan sebagai "sangat mudah untuk ditambahkan ke minuman". Saat dikonsumsi, korban akan cepat merasa pusing dan mengantuk dan mungkin menjadi tidak sadar.
Setelah pulih, korban juga mungkin memiliki gangguan kemampuan mengingat peristiwa yang telah terjadi selama periode keracunan. Dalam situasi ini bukti dan identifikasi pelaku pemerkosaan seringkali sulit didapatkan.
Selain ketidakmampuan korban untuk mengingat peristiwa yang menimpanya, GHB juga sulit dideteksi melalui tes urin. Alat tes urin yang dijual bebas hanya menguji obat-obatan pemerkosaan yang mengandung benzodiazepin, sedangkan GHB bukan benzodiazepin. Untuk mendeteksi GHB dalam urin, sampel harus diambil dalam waktu empat jam setelah konsumsi GHB, dan tidak dapat diuji di rumah.
Popularitas GHB sebagai obat pemerkosaan menjadikan zat ini dijual ilegal di banyak situs-situs internet bawah tanah (underground). Bahkan di kemasan obatnya ada ilustrasi pemerkosaan. Karena zat ini tidak berwarna dan tidak berbau, predator seksual seperti Reynhard Sinaga sangat mudah mencampurkannya ke dalam minuman calon korban.
"Teguk racun ajaib saya, satu tetes sudah cukup membuat kamu jatuh cinta."
Dan saking banyaknya rekaman aksi pemerkosaan Reynhard Sinaga, polisi mengatakan sama seperti menonton 1500 film DVD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H