Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal GHB, Obat Bius yang Jadi Senjata Reynhard Sinaga

7 Januari 2020   11:23 Diperbarui: 8 Januari 2020   18:17 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
GHB yang dijual di internet digambarkan sebagai obat pemerkosaan (sumber gambar: telegraph.co.uk)

Ada beberapa kasus GHB yang terkenal sebagai obat pemerkosaan yang mendapat perhatian nasional di Amerika Serikat. Pada awal 1999, seorang gadis berusia 15 tahun, Samantha Reid dari Rockwood, Michigan, meninggal karena keracunan GHB. Kematian Reid menginspirasi undang-undang berjudul "Hillory J. Farias dan Samantha Reid Date-Rape Drug Prohibition Act of 2000". Melalui undang-undang ini, GHB dinyatakan sebagai zat terkontrol kelas Schedule 1 seperti heroin.

Kasus lain yang membuat GHB terkenal sebagai obat pemerkosa adalah kasus Burning Sun yang terjadi di Korea Selatan. Kasus ini terkenal di kalangan selebriti dan penggemar K-Pop karena menyeret nama Seungri, mantan personel Boy Group Bigbang.  Burning Sun merupakan nama klub malam terkenal di Seoul, Korea Selatan.

Pihak Kepolisian Metropolitan Seoul menduga terjadi bisnis narkoba di dalam kelab malam tersebut. Salah satu jenis narkoba yang dijual, yakni GHB diberikan kepada wanita yang berada di sana lalu wanita tersebut diperkosa. Seungri sendiri diperiksa karena ia menjadi salah satu investor di Burning Sun dan pernah bekerja di sana sebagai direktur eksekutif.

Ciri Fisik dan Efek GHB pada Tubuh
Ciri fisik GHB sendiri tidak berwarna dan tidak berbau. Obat ini digambarkan sebagai "sangat mudah untuk ditambahkan ke minuman". Saat dikonsumsi, korban akan cepat merasa pusing dan mengantuk dan mungkin menjadi tidak sadar.

Setelah pulih, korban juga mungkin memiliki gangguan kemampuan mengingat peristiwa yang telah terjadi selama periode keracunan. Dalam situasi ini bukti dan identifikasi pelaku pemerkosaan seringkali sulit didapatkan.

Selain ketidakmampuan korban untuk mengingat peristiwa yang menimpanya, GHB juga sulit dideteksi melalui tes urin. Alat tes urin yang dijual bebas hanya menguji obat-obatan pemerkosaan yang mengandung benzodiazepin, sedangkan GHB bukan benzodiazepin. Untuk mendeteksi GHB dalam urin, sampel harus diambil dalam waktu empat jam setelah konsumsi GHB, dan tidak dapat diuji di rumah.

Popularitas GHB sebagai obat pemerkosaan menjadikan zat ini dijual ilegal di banyak situs-situs internet bawah tanah (underground). Bahkan di kemasan obatnya ada ilustrasi pemerkosaan. Karena zat ini tidak berwarna dan tidak berbau, predator seksual seperti Reynhard Sinaga sangat mudah mencampurkannya ke dalam minuman calon korban.

GHB yang dijual di internet digambarkan sebagai obat pemerkosaan (sumber gambar: telegraph.co.uk)
GHB yang dijual di internet digambarkan sebagai obat pemerkosaan (sumber gambar: telegraph.co.uk)
Bahkan dalam salah satu rekaman di handphone Reynhard yang disita kepolisian, Reynhard mengontak teman-temannya dan memamerkan apa yang telah ia lakukan. Salah satu pesannya berbunyi,

"Teguk racun ajaib saya, satu tetes sudah cukup membuat kamu jatuh cinta."

Dan saking banyaknya rekaman aksi pemerkosaan Reynhard Sinaga, polisi mengatakan sama seperti menonton 1500 film DVD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun