Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kopi yang Mengubah Wajah Malang

6 Januari 2020   08:47 Diperbarui: 8 Januari 2020   15:06 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di onderdistrik kota, biji-biji kopi yang telah disangrai (goreng tanpa pasir) dikumpulkan di gudang-gudang sebelum dikirim ke pelabuhan Surabaya. Proses itu membutuhkan waktu berhari-hari sehingga mereka untuk sementara harus tinggal di onderdistrik kota Malang. Faktor inilah yang menyebabkan terbukanya sektor-sektor yang melayani kepentingan pada petani kopi tersebut.[6]

Salah satu perubahan penting dari kota Malang adalah dibukanya sarana transportasi kereta api dan tram. Pada masa  kepemimpinan Bupati Notodiningrat II, pemerintah kolonial membuka jalur kereta api Malang-Surabaya pada tahun 1879 dan jaringan trem pada tahun 1889.[7] 

Jalur kereta api yang pertama kali dibuka adalah jalur Blitar-Malang, kemudian menyusul dibukanya jalur kereta api jurusan Malang-Surabaya. Untuk menopang perekonomian dalam kota Malang, pemerintah kolonial kemudian memberikan izin kepada J. Andre dela Porte dan J.W. Post untuk membangun dan mengoperasikan jaringan trem di Kabupaten Malang dan sekitarnya.[8]

Keberadaan dua mode transportasi massal itu telah menghilangkan hambatan alam yang selama itu telah menjadikan Malang sebagai daerah tertutup. Dengan dibukanya jalur kereta api dan trem, arus urbanisasi dari daerah sekitar Malang dan migrasi dari penduduk Belanda ke kota Malang pun tidak terelakkan.

Menjadi Inspirasi dari Multatuli

Besarnya kontribusi kopi terhadap perubahan dan perkembangan wajah kota Malang tergambarkan dari sebuah pemberitaan di surat kabar Tjahaja Timoer, surat kabar lokal Malang berbahasa Melayu yang terbit pertama kali pada tahun 1907.

 "Cucuku, dulu waktu aku masih anak-anak, makmur benar keadaan kita. Pada waktu itu alun-alun masih dikelilingi pagar tanaman jarak dan masih di dalam kekuasaan Kanjeng Regent (Bupati). Di sebelah Lor (utara) - dimana sekarang ada lapangan tenis, dahulu ada loods-loods tempat penyimpanan kopi milik Kanjeng Gouvernement. Pada saat oogst (panenan) kopi, beberapa loods itu penuh sesak (kopi) sehingga tidak dapat termuat semuanya. Dari hari ke hari, dari pagi hingga sore cikar bermuatan kopi dari desa beserta pemiliknya datang tidak henti-hentinya. Aku bersama teman-temanku bermain-main di dekat los-los itu dan biasanya diberi persen oleh penjual kopi tadi".[9] 

Kehidupan perkebunan kopi di Malang juga menjadi inspirasi dari Multatuli (Edward Douwes Dekker) yang pernah bekerja di Perkebunan Kopi Sumber Duren Malang dan Pabrik Gula Padjarakan, Probolinggo saat menulis novel Max Havelaar.

Kopi Dampit, Kopi Robusta Terbaik di Indonesia

Masuknya tanaman kopi dan dimulainya era Tanam Paksa pada akhirnya mengubah wajah Malang. Dari daerah yang semula diremehkan, bahkan dianggap oleh Kumpeni sebagai wilayah yang "kurang aman" menjadi daerah andalan dan penghasil utama kopi bagi Belanda.

Pada tahun 2015, luas perkebunan kopi Robusta di Malang yang dikelola negara mencapai 2.675 hektar dengan kapasitas produksi mencapai 1.221 ton. Sementara untuk jenis kopi Arabika, luas perkebunan di Malang yang dikelola rakyat mencapai 971 hektar dengan kapasitas produksi 245 ton.[10]

Bahkan hingga kini, kopi asal Dampit, Kabupaten Malang atau lebih dikenal Kopi Dampit secara kontinyu menjadi komoditas ekspor andalan dan dinilai sebagai salah satu kopi jenis Robusta terbaik. Kopi robusta Dampit diproses dengan metode kering atau umumnya disebut dengan dry process.

Setelah disangrai aroma yang dapat tercium terutama dalam proses penggilingan adalah wangi karamel serta manis khas roti yang baru matang. Aroma milk chocolate dan karamel ditambah dengan wangi khas kopi yang harum sekali saat disajikan sebagai coffee drip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun