Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengalaman Menjadi Pembicara Seminar Nasional

11 Desember 2019   13:28 Diperbarui: 11 Desember 2019   13:26 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis saat menjadi pembicara di Seminar Nasional Marketing Fair Politeknik Negeri Malang (dokpri)

Tak ada pembukaan yang lebih baik lagi selain "menunggangi" apa yang sedang viral saat ini. Ketika itu, netizen tengah hangat membicarakan topik "Layangan Putus". Jadi, materi yang saya bawakan saya buka dengan pengantar sebagai berikut:

"Kali ini, kita akan membahas 'Pelajaran Marketing dari Kisah Layangan Putus'. Saya yakin para wanita di sini tidak ingin menjadi layangan putus. Dan saya juga yakin, lebih dari 50 persen para lelaki di sini ingin menjadi benang yang bisa mengatur 2 layangan sekaligus."

Mengaitkan tema materi dengan sesuatu yang sedang viral, ditambah dengan sedikit humor terbukti efektif menggugah peserta yang hampir semuanya sedang suntuk. Hingga satu jam berikutnya, peserta seminar antusias menyimak pemaparan materi dan bertanya tentang hal yang belum mereka pahami.

Tips berikutnya kurang lebih sama dengan apa yang sudah diulas Sarah Gersman:

4. Fokus Pada Audiens

Jangan berpikir audiens sedang menilai penampilan diri kita. Fokus saja pada apa yang ingin kita sampaikan. Motivasikan diri kita untuk berbagi ilmu dan informasi yang dibutuhkan audiens.

5. Jalin Komunikasi Secara Personal

Anggap saja saat itu kita tidak bicara di depan umum, melainkan secara pribadi. Jangan mengarahkan pandangan menyisir ke seluruh ruangan. Tatap mata peserta satu per satu, seolah kita sedang bicara empat mata, dan lakukan hal ini bergantian.

Yang paling penting dari pengalaman dan tips ini adalah, kemurahan hati untuk berbagi pengetahuan, inspirasi atau motivasi bisa memberi kita rasa kepuasan tersendiri. Pada akhirnya, hal ini akan mengubah rasa takut, gugup, tegang dan cemas menjadi kekuatan dalam berbicara. Seorang pembicara yang dermawan sikapnya lebih tenang, lebih santai, dan paling penting adalah lebih efektif dalam menjangkau audiens dan membuat dampak yang diinginkan.

Hal ini saya buktikan sendiri. Usai tampil sebagai pembicara di seminar nasional tersebut, saya diberitahu Mas Leo, salah seorang koordinator Gapura Digital Malang bahwa banyak peserta ikut kelas pelatihan reguler. Dan ajaibnya, mereka meminta secara khusus kelas pelatihan yang saya isi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun