Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mas Nadiem, Pakaiannya Kok Gitu Sih?

6 Desember 2019   21:47 Diperbarui: 6 Desember 2019   21:44 6044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Nadiem lagi-lagi jadi pembicaraan netizen. Setelah pidatonya tentang kemerdekaan belajar dan guru penggerak jadi bahan diskusi dan debat kusir, kali ini gaya pakaian Mas Nadiem yang disoroti publik.

Saat menghadiri pelantikan Rektor Universitas Indonesia (UI) Profesor Ari Kuncoro, Mas Menteri Nadiem Makarim terlihat mengenakan pakaian santai. Padahal di acara resmi tersebut, tamu-tamu yang lain berpakaian resmi, lengkap dengan jas dan dasi.

Dari foto yang diunggah mantan Ketua DPR RIMarzuki Alie, Mas Nadiem nampak bergaya kasual khas anak-anak muda yang bekerja di startup digital: batik lengan panjang warna biru yang lengannya digulung ke atas, celana jeans warna hitam dan sepatu kets (terlihat tanpa kaos kaki).

Jika Mas Nadiem enggan memakai jas dan dasi, mbok iya lengan baju batiknya jangan digulung ke atas dengan serampangan. Ditambah pakai sepatu tanpa mengenakan kaos kaki. Maka, jangan heran jika banyak yang berucap, "Duh, Mas Nadiem pakaiannya kok gitu sih?"

Bagi orang-orang tua, gaya pakaian Mas Nadiem dianggap kurang sopan dan menyalahi etika. Sekalipun Mas Nadiem diundang dalam kapasitasnya sebagai Mendikbud, yang otomatis menjadi atasan dari rektor UI, etika dan penghormatan ke orang lain tetap perlu.

Pelantikan Rektor UI adalah acara protokoler resmi. Terlebih lagi acara itu diselenggarakan sebuah universitas ternama, tempat yang mewadahi pemikiran-pemikiran ilmiah.

Mas Nadiem mungkin lupa bahwa Mas Nadiem tidak lagi CEO perusahaan digital. Saking lupanya, sampai-sampai gaya busana Mas Nadiem pun masih identik dengan gaya busana anak-anak milenial yang cenderung mendewakan kebebasan.

Mas Nadiem sekarang menjadi pejabat publik, yang setiap gerak-gerik, tingkah laku dan tutur katanya menjadi sorotan masyarakat umum. Apalagi jabatan Mas Nadiem tidak sembarangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Paling tidak dalam 5 tahun ke depan, masa depan Pendidikan dan Kebudayaan bangsa kita berada di tangan Mas Nadiem.

Atau Mas Nadiem ingin memberi contoh, bahwa kemerdekaan belajar itu berawal dari kemerdekaan cara berpakaian?

Seandainya benar seperti ini, bisa jadi ketika arah pendidikan yang Mas Nadiem inginkan itu terimplementasi sepenuhnya, kita tak lagi melihat anak-anak berpakaian seragam sekolah. Mereka bebas mengenakan segala macam gaya busana. Mau kasual atau konvensional silahkan. Mau pakai batik atau cukup kaos oblong tak mengapa.

Mungkin pula kami sebagai orang tua dianggap terlalu kolot pikirannya. Sehingga apa yang menjadi tren bagi anak muda sekarang kami anggap sedikit-sedikit menyalahi etika.

Tapi hendaknya Mas Nadiem ketahui, dalam hal berpakaian kami selalu berpegangan pada adab kesopanan sesuai dengan norma dan ajaran agama. Bagi kami para orangtua, pakaian berkaitan erat dengan etika dan estetika.

Identitas seseorang dan garis-garis besar cara berpikirnya dapat diketahui dari pakaian yang dikenakan. Pakaian seseorang bahkan dapat mempengaruhi tingkah laku dan emosinya.

Usia Mas Nadiem memang masih muda, sehingga wajar pula jika pakaian yang dipilih Mas Nadiem pun mencerminkan jiwa anak muda. Namun hendaknya Mas Nadiem ingat, kita hidup dalam masyarakat Timur yang menjunjung tinggi adab dan kesopanan.

Mas Nadiem, peran pakaian itu begitu besar. Tidak heran jika dalam ajaran Islam, kitab suci Al Quran juga membicarakan masalah pakaian, meskipun tidak menyangkut mode atau bentuknya.

Pakaian juga memiliki peran dalam menentukan masa depan bangsa. Mas Nadiem mungkin ingat, pemerintah Turki pernah melarang pemakaian tarbusy dan menggantinya dengan topi ala barat. Hanya karena bapak modernisasi mereka, Kemal Attaturk menilai bahwa tarbusy adalah bagian dari pemikiran kolot yang menghambat kemajuan masyarakatnya.

Jangan-jangan Mas Nadiem punya pemikiran yang sama dengan Kemal Attaturk, bahwa jas dan dasi, yang meskipun mencerminkan budaya barat, bisa menghambat kemajuan. Bahwa aturan dress code segala macam itu mengekang kreativitas seseorang.

Kami harap Mas Nadiem tidak menganggap enteng etika berpakaian. Karena bagaimanapun juga, setiap tingkah laku Mas Nadiem bisa dicontoh oleh anak-anak kita. Jika Mas Nadiem menganggap nilai etika tidak lagi menjadi pertimbangan utama, kami khawatir hal ini bisa memicu terbentuknya budaya permissif di kalangan generasi mendatang.

Mas Nadiem bisa bayangkan sendiri, bagaimana akibatnya jika masyarakat telah terkontaminasi pemikiran untuk memaklumi perilaku menyimpang dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Pemikiran seperti ini lantas dalam perjalanannya mereka bisa bertoleransi dengan perbuatan-perbuatan yang terlarang pula.

Mas Nadiem, yang berbahaya dari adanya masyarakat permisif ini adalah lahirnya hukum-hukum baru seperti dalam perspektif budaya primitif  "nopo-nopo kemawon kerso" (apapun itu silahkan saja), sehingga nilai-nilai sakral dalam etika (dan agama) terabaikan.

Mas Nadiem, baru beberapa waktu lalu kami mengkhawatirkan implikasi pidato Mas Nadiem adalah pertanda hendak ditiadakannya pendidikan karakter. Sekarang, dengan memberi contoh adab berpakaian yang tidak pada tempatnya, sepertinya kekhawatiran kami itu sangat beralasan.

Hendaknya Mas Nadiem memahami, yang diperlukan generasi digital saat ini adalah sebuah keteladanan dan contoh moral. Jika para pejabat, orangtua, guru dan tokoh masyarakat sadar bahwa keteladanan adalah upaya nyata dalam membentuk anak bangsa yang berkarakter, kita semua tentu akan terus mengedepankan keteladanan dalam segala perkataan dan perbuatan. 

Sebab dengan keteladanan itu maka karakter religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, cinta damai, peduli sosial, dan karakter lain tentu akan berkembang dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun