Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kamu Benar, Nez, Kami Saja yang Baperan

26 November 2019   21:50 Diperbarui: 27 November 2019   02:21 7864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nez, aku salut banget dengan gayamu. Tanpa rasa sungkan, kamu mengaku tidak memiliki darah Indonesia.


"Ya, karena saya sebenarnya tidak punya darah Indonesia sama sekali. Saya sebenarnya campuran Jerman, Jepang, dan Chinese. Saya hanya lahir di Indonesia."

Begitu katamu saat diwawancarai dan ditanya apakah kamu beda dari orang kebanyakan di Indonesia.

Secara harfiah, kamu sudah benar, Nez. Dalam tubuhmu tidak mengalir darah Ibu Pertiwi. Kamu campuran dari orangtua yang berdarah Jerman, Jepang, dan Chinese. Kamu memang numpang lahir di Indonesia.

Abaikan saja teori Identitas Bangsa Indonesia yang diunggah Dian Sastro. Justru lewat pernyataan jujurmu itu kamu menunjukkan identitas dirimu dan kebanggaanmu sebagai bangsa Indonesia.

Kami saja yang baperan karena tidak bisa menangkap pernyataanmu yang terlalu cerdas. Kami tidak bisa menangkap pesan kebhinekaan yang kamu ungkapkan dalam perkataanmu berikutnya:

"Aku juga (beragama) Kristen dan mayoritas di sana (Indonesia) Muslim. Jadi aku tidak akan bilang aku tidak pantas berada di sana karena orang-orang menerimaku apa adanya. Tapi selalu ada perasaan kalau, aku tidak seperti orang-orang lainnya. Tentu saja. Itu mengajariku untuk merangkul perbedaan itu, merangkul kerentananku, perbedaan yang ada, keunikanku, dan lain-lain."

Jadi, Nez, yang aku tangkap dari pernyataan lengkapmu itu sederhananya seperti ini:

"Walau saya numpang lahir di Indonesia, walau saya keturunan Jerman-Jepang-Cina, walau saya orang Kristen, tapi saya diterima lho di Indonesia. Saya bisa tumbuh dan berkembang di Indonesia."

Sengaja aku gunakan kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan, Nez, karena kamu tahu sendiri lebih dari separuh bangsa kita "buta huruf fungsional" sehingga gagal paham dengan video wawancaramu yang berbahasa Inggris itu.

Intinya, secara langsung kamu menyatakan orang Indonesia itu sangat inklusif dan toleran. I'm different than the rest of Indonesian, but they accepted me somehow.

Lebih jauh lagi, Nez, kontroversi pernyataanmu itu membuka tabir wawasan tentang Hukum Kewarganegaraan Indonesia.

Aku tidak tahu apakah kamu sudah membaca dan mengerti isi dari UU nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Asal kamu tahu, Nez, Hukum Kewarganegaraan Indonesia itu menganut asas campuran lus soli (hak wilayah) dan lus sanguinis (hak darah).

Sederhananya begini, Nez: even being half Germany, half Japanese, and half Chinese, if your parents Indonesian, so you are. By being these half blood, as long as you was born in Indonesia, you are Indonesian as a whole complete.

Bener gak bahasa Inggrisku ini, Nez? Kalau keliru, mohon dimaklumi ya, Nez. Aku kan bukan half blood sepertimu.

Nez, bagiku kamu lebih Indonesia daripada sebagian orang yang mengaku paling Indonesia. Dalam perspektifku kamu lebih NKRI daripada mereka yang sering berteriak paling NKRI.

Setidaknya, kamu sudah memberi warna dalam dunia hiburan di Indonesia. Sementara mereka hanya bisa berteriak menuntut hak yang sebenarnya sudah mereka dapat sejak dilahirkan.

Nez, tanpa kamu umbar panjang lebar tentang status darahmu, kamu tetap orang Indonesia. Bukankah namamu Agnez Monica Muljoto?

Dari nama saja identitasmu kebangsaanmu mudah ditebak. Jadi tak perlu lagi kamu tegaskan rasa identitas itu. Karena semakin banyak kamu bicara tentang Indonesia, kami malah semakin baperan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun