Saya lalu menjelaskan tanda-tanda gatal yang saya alami.
"Ada fotonya gak pak? Biar lebih jelas seperti apa jamur kulitnya," pinta Mbak apotekernya.
Waduh, mana terpikir saya untuk memotret kulit leher bagian belakang? Saya menggelengkan kepala dan menjawab tidak ada.
"Coba diobati pakai Desoximetasone ya, mungkin cocok." Kemudian Mbak Apoteker tersebut masuk ke dalam untuk mengambil salep kulit yang dimaksud.
Ternyata, salep yang disarankan apoteker tersebut sangat manjur! Tidak sampai 2 minggu gatal-gatal di leher saya sembuh dan sebarannya juga hilang.
***
Dalam kaidah pemasaran digital, perjalanan untuk mendapatkan sesuatu secara online (dari informasi/berita hingga produk barang/jasa) digambarkan dalam sebuah formula: Think, Search, Find, Click, Engage, Buy.
Think adalah saat-saat ketika kita mengalami micro moment atau momentum ketika kita mengalami masalah atau membutuhkan sesuatu. Untuk memecahkan masalah atau mencari solusinya, kebanyakan kita lalu mencarinya di Google atau media sosial (Search).Â
Kemudian setelah menemukan (Find) informasi yang dicari, kita meng-Click tautan informasi tersebut, lalu terlibat (Engange) dan diakhiri dengan membeli (Buy) atau mengambil tindakan tertentu sesuai dengan apa yang didapatkan di internet.
Masyarakat Indonesia Lebih Suka Tanya Obat ke Google
Di era digital ini, apa yang saya lakukan seperti seperti di atas kemungkinan besar juga dilakukan kebanyakan masyarakat Indonesia: Tanya segalanya ke Google, termasuk untuk mendapatkan resep obat.
Saat sakit, kita cenderung lebih suka mencari informasi mengenai obat di internet daripada bertanya langsung ke ahlinya, tenaga kesehatan termasuk ke apoteker. Dalam konferensi Kolaborasi Merck dan IAI di Jakarta (15/10), Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Nurul Falah Eddy Pariang mengungkapkan fenomena tersebut.