Pidato Bung Hatta Menyambut Lahirnya Oeang Republik Indonesia
Pada malam 29 Oktober 1946, detik-detik lahirnya ORI diawali dengan pidato yang disampaikan Bung Hatta di Radio Republik Indonesia, di ibukota negara yang baru, Yogyakarta.
Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 ketika Bung Hatta memulai pidatonya.
"Besok tanggal 30 oktober 1946 adalah suatu hari yang mengandung sejarah bagi tanah air kita. Rakyat kita menghadapi penghidupan baru."
Nada suara Bung Hatta terdengar bersemangat. Sebagai orang yang berlatar belakang pendidikan ekonomi, Bung Hatta selalu peduli pada masalah kesejahteraan rakyat Indonesia.Â
Salah satunya tentang hal yang hendak diumumkannya sendiri malam itu. Bung Hatta terdengar sangat menjiwai pidato yang menandai lahirnya Oeang Republik Indonesia (ORI), mata uang bangsa Indonesia.
"Besok," Bung Hatta melanjutkan, "mulai beredar Oeang Republik Indonesia sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Mulai pukul 12 tengah malam nanti, uang Jepang yang selama ini beredar sebagai uang yang sah, tidak laku lagi. Beserta dengan uang Jepang itu, ikut pula tidak berlaku uang De Javasche Bank. Dengan ini tutuplah suatu masa dalam sejarah keuangan Republik Indonesia. Masa yang penuh penderitaan dan kesukaran bagi rakyat kita."
Uang De Javasche Bank yang dimaksud Bung Hatta adalah uang NICA yang dikeluarkan pemerintah Belanda ketika mereka datang kembali ke Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan.
"Sejak mulai besok," lanjut bung Hatta, "kita akan berbelanja dengan uang kita sendiri, uang yang dikeluarkan oleh Republik kita."
Dari pertama memulai pidatonya, intonasi suara Bung Hatta yang khas, tenang dan mengalir lancar tetap terjaga. Namun, aura kebahagiaan dan semangat menyambut era baru sangat terasa dalam pidatonya kali ini.
"Mulai besok," seru bung Hatta, "kita akan berbelanja dengan uang kita sendiri! "Uang Republik keluar dengan membawa perubahan nasib rakyat, istimewa pegawai negeri yang sekian lama menderita karena inflasi uang Jepang."