Presiden Jokowi marah-marah pada para petinggi PLN. Saat mengunjungi kantor pusat PLN usai terjadinya pemadaman listrik massal di Jabodetabek dan Jawa Barat pada Minggu (4/8), Jokowi menyinggung PLN tidak punya Contingency Plan.
"Dalam sebuah manajemen besar seperti PLN mestinya, menurut saya, ada tata kelola risiko-risiko yang dihadapi," ucap Jokowi kepada direksi PLN. "Dengan manajemen besar tentu saja ada contingency plan, backup plan (rencana cadangan). Pertanyaan saya, kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan baik," kata Kepala Negara.
Padamnya listrik yang terjadi sekitar setengah hari itu membuat banyak pihak kalang kabut, karena terjadi di wilayah pusat pemerintahan dan pusat perekonomian negara. PLN bahkan mengklaim mengalami kerugian Rp. 90 milyar dan harus membayar kompensasi senilai lebih dari Rp. 800 milyar sebagai bentuk tanggung jawab kepada konsumen.
Presiden Jokowi benar, PLN tidak punya contingency plan atau rencana darurat untuk mengantisipasi kejadian di luar dugaan. Saat Sutet 500kV Ungaran-Pemalang tidak berfungsi (yang konon diakibatkan ulah pohon sengon), PLN terkesan panik sehingga harus mengambil stroom dari PLTA Saguling dan Cirata yang prosesnya memakan waktu lama. Akibatnya, listrik baru bisa menyala kembali setelah memakan waktu hampir setengah hari.
Dalam sebuah pemerintahan atau bisnis skala besar, selalu ada rencana darurat yang dirancang untuk hasil selain rencana biasa. Rencana darurat adalah tindakan yang dirancang untuk membantu organisasi merespons secara efektif terhadap peristiwa atau situasi signifikan di masa depan yang mungkin atau mungkin tidak terjadi.
Jika rencana A tidak berjalan dengan semestinya, masih ada rencana B, C, D dan seterusnya tergantung pada kompleksitas potensi risiko dan ketersediaan sumber daya. Dengan begitu, alur kerja dan produktivitas tidak akan terganggu apalagi berhenti sama sekali.
Pentingnya Contingency Plan Bagi Setiap Individu
Pada dasarnya, contingency plan atau rencana kontingensi juga seharusnya dirancang siapa saja. Tak hanya organisasi pemerintahan atau bisnis, setiap individu juga semestinya bisa merancang rencana darurat sebagai bentuk antisipasi terhadap hasil atau kejadian di luar yang diharapkan.
Dalam aktivitas sehari-hari, manusia dirancang untuk berada dalam kondisi yang nyaman. Kita semua cenderung hanya ingin menerima hasil terbaik. Tapi roda kehidupan tidak selalu berjalan di atas jalan tol beraspal hot mix yang mulus tanpa ada satu pun kerikil yang mengganggu perjalanan kita.
Kita seringkali panik pada kejadian sepele yang tidak kita harapkan akan terjadi. Mati lampu misalnya. Karena sudah terbiasa dengan kondisi nyaman dan tidak punya rencana cadangan, kita tidak siap mengantisipasi apa yang semestinya bisa kita lakukan saat listrik padam.
Banyak yang merasa tidak siap ketika terjadi pemadaman listrik secara massal dalam waktu yang lama. Yang terbiasa bertransaksi non tunai jadi kelimpungan ketika harus membayar sesuatu karena tidak membawa uang tunai yang cukup. Yang terbiasa dan kecanduan bermain gawai jadi bingung dan cepat merasa bosan karena tidak ada sumber listrik untuk menghidupkan perangkat digital kesayangannya.
Ujungnya, sebagian besar orang berbondong-bondong mencari tempat yang mempunyai sumber energi cadangan. Mall mendadak ramai dengan pengunjung. Pegawai kantoran mendadak jadi betah di kantor mereka. Yang punya duit lebih mudah lagi. Mereka tinggal mengungsi ke hotel, bila perlu ke luar daerah yang listriknya masih menyala.
Contoh sepele lain tentang perlunya rencana kontingensi ini adalah saat kita bepergian. Keterbatasan kita sebagai manusia membuat kita tidak akan pernah tahu ada kejadian apa di sepanjang jalur perjalanan yang hendak kita tempuh. Saat berangkat kerja misalnya, kita berangkat pada waktu seperti biasa dan melalui jalan yang biasa kita lalui. Kita sudah memperhitungkan bila lalu lintas lancar, kita tidak akan terlambat datang.
Padahal, kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi sepanjang jalur perjalanan kita. Suatu saat ada kemacetan lalu lintas parah, akhirnya kita jadi panik. Berulangkali melihat jam tangan, mengklakson pengemudi lain supaya mereka bergegas berjalan, padahal sudah tahu di depannya macet dan kendaraan banyak yang berhenti. Seperti inilah situasinya kalau kita tidak punya contingency plan.
Seandainya kita sadar akan pentingnya rencana kontingensi dan antisipasi, kepanikan seperti itu tidak akan terjadi. Misalnya waktu tempuh dalam kondisi normal adalah 30 menit, maka kita bisa berangkat 45 menit lebih awal.
Banyak sekali contoh dalam aktivitas sehari-hari yang bisa kita jadikan pelajaran tentang pentingnya rencana darurat bagi setiap individu. Misalnya saat ada keluarga yang sakit mendadak, kehilangan utilitas (listrik padam atau air PDAM berhenti mengalir), pembatasan pergerakan (ada tetangga yang punya hajat hingga menutup jalan) hingga gangguan komunikasi. Karena tak siap mengantisipasi, kepanikan pun mudah terjadi.
Bagaimana cara mempersiapkan rencana kontingensi?
Yang penting adalah mengidentifikasi dan memprediksi setiap risiko dan kemungkinan yang tidak kita harapkan. Kita bisa melakukannya dengan membuat daftar pertanyaan seperti ini:
- Apa yang mungkin akan terjadi kesalahan/ kejadian darurat?
- Seberapa besar kemungkinannya akan terjadi salah?
- Apa dampak dan konsekuensi dari kemungkinan tersebut? (terlambat, aktivitas terhambat)
- Apa yang seharusnya menjadi reaksi atau solusi?
- Bagaimana kita bisa mempersiapkannya terlebih dahulu?
Setelah itu, baru kita bisa membuat rencana kontingensinya. Yang harus diingat disini adalah sumber daya apa yang kita miliki. Kita harus bisa bersikap realistis dalam merancang rencana kontingensi ini sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada.
Contohnya adalah ketika menjadi pemateri, kita bisa mempersiapkan rencana cadangan untuk mengantisipasi kejadian tak terduga, seperti ini:
Rencana darurat saat menyampaikan presentasi:
Risiko potensial: Listrik padam, proyektor atau komputer tidak berfungsi.
Siapa yang akan terpengaruh: Saya
Tindakan: Tulis garis besar dan poin utama di papan tulis saat saya presentasi
Siapa yang akan mengambil tindakan: Saya
Persiapan: Catatan di notes, 3 spidol berwarna, handout/modul yang dicetak.
***
Kita tidak pernah tahu tantangan apa yang akan kita hadapi di depan. Kita tidak akan pernah tahu kejadian apa yang akan kita temui dalam perjalanan hidup kita tersebut. Kita tidak bisa melihat semua sudut, semua potensi kejadian dari sudut pandang kita memulai perjalanan/aktivitas. Begitulah adanya. Persiapkan rencana kontingensi sebaik mungkin untuk mengantisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H