Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Adakah Adab dalam Mencari Ilmu?

4 Agustus 2019   11:41 Diperbarui: 4 Agustus 2019   11:46 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di awal tulisan, saya menceritakan kisah Franz Xaver Kappus yang meminta nasihat pada Rainer Maria Rielke. Juga ada cerita Joan, gadis cilik yang menulis surat pada penulis idolanya C.S Lewis. Saya menggabungkan dua cerita ini dengan pengalaman saya bukan berarti saya sudah selevel dengan Rielke atau C.S. Lewis.

Namun, email dari Bang Evridus dan cerita Kappus serta Joan tersebut memberi pelajaran berharga bagi saya sendiri, sekaligus sebagai pengingat: Bahwa murid harus bertanya pada guru. Murid harus "mendatangi gurunya". Seperti itulah adab mencari ilmu.

Selama ini, kita cenderung merasa "sok tahu" dan "sok mengerti". Kita malu untuk bertanya langsung pada mereka yang lebih punya ilmu dan lebih punya pengalaman. Kita merasa, dengan hanya membaca artikel berupa tips-tips atau pengetahuan lain yang mereka tulis, kita sudah mengambil manfaat dari ilmu yang mereka bagikan.

Kappus bisa saja belajar menulis puisi dari beberapa karya puisi yang sudah ditulis oleh Rielke. Joan juga bisa secara otodidak belajar menulis fiksi dengan hanya membaca Chronicles of Narnia. 

Tapi baik Kappus maupun Joan merasa kurang. Sebagai murid yang membutuhkan ilmu, mereka merasa tidak afdhol rasanya jika tidak bertanya langsung pada gurunya. Kappus dan Joan lalu mendatangi gurunya melalui surat-surat mereka. Mereka bahkan mengirim tulisan mereka supaya bisa dinilai langsung oleh sang guru.

Bang Evridus, sebagaimana Kappus dan Joan juga begitu. Dalam emailnya, Bang Evridus mengatakan sudah membaca artikel saya tentang tips menulis opini. 

Sekalipun begitu, Bang Evridus masih merasa kurang. Dan Bang Evridus seolah merasa tidak afdhol apabila tulisannya sendiri tidak dinilai langsung oleh orang yang sudah ia ambil ilmunya.

Sekali lagi, bukan berarti saya sudah jadi guru yang hebat. Di luar sana, ada banyak penulis opini yang bisa memberi masukan lebih baik. Namun karena Bang Evridus menemukan tulisan saya di Kompasiana, maka lewat Kompasiana pula Bang Evridus belajar pada saya.

Apa yang dilakukan Bang Evridus benar-benar jadi pelajaran berharga, khususnya bagi saya pribadi. Di jaman sekarang, banyak murid yang merasa derajatnya lebih tinggi dari guru. Alih-alih mendatangi guru, murid jaman sekarang yang malah meminta sang guru untuk datang ke rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun