Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dengan 50 Kata Bisa Membuat Buku "Best Seller" Dunia

6 Juli 2019   09:41 Diperbarui: 6 Juli 2019   09:54 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut sebuah kafe pada tahun 1960, dua orang sedang duduk dan membuat taruhan.

"Aku tahu engkau penulis hebat dan sangat berbakat. Tapi aku bertaruh, kamu tak akan bisa melakukan satu hal ini," kata orang pertama sambil tersenyum.

"Apa taruhannya?" kata temannya.

Orang pertama itu lalu mengambil dompet dan mengeluarkan semua uangnya.

"Ada 50 dolar disini. Taruhannya, kamu tidak bisa membuat sebuah buku kanak-kanak yang menghibur dengan menggunakan kurang dari 50 kata yang berbeda. Ingat, tidak boleh ada kata yang sama. Terserah seberapa panjang cerita dalam buku itu, atau seberapa sering kata-katanya kamu ulangi. Yang penting buku cerita anak itu tak boleh lebih dari 50 kata dalam kosakatanya."

 Teman sebangkunya terlihat berpikir sejenak, lalu berkata,

"Berikan uangmu itu dan tunggu kiriman naskah ceritanya."

50 kata yang menjadi Best Seller Dunia.

Cerita diatas adalah fakta, meskipun ilustrasinya saya dramatisir sedikit. Orang pertama yang mengusulkan taruhan itu adalah Bennet Cerf, editor sekaligus pendiri perusahaan penerbitan Random House. Sedangkan temannya yang diajak taruhan adalah Theodor Seuss Geisel. Orang tua dan anak-anak di seluruh dunia mengenalnya sebagai Dr. Seuss, pengarang buku anak-anak The Cat in The Hat yang terkenal itu.

Dr. Seuss akhirnya memenangkan taruhan. Sebuah cerita kanak-kanak yang menghibur ditulisnya hanya dengan menggunakan 50 kata saja. Cerita itu kemudian diterbitkan dalam sebuah buku kecil berjudul Green Eggs and Ham.

cover buku Green Eggs and Ham (sumber: amazon.com)
cover buku Green Eggs and Ham (sumber: amazon.com)

Sejak diterbitkan, Green Eggs and Ham telah terjual lebih dari 200 juta salinan, menjadikannya karya Seuss yang paling populer dan salah satu buku anak terlaris dalam sejarah.  Publisher Weekly mengatakan jika Green Eggs and Ham ini adalah buku kanak-kanak yang penjualan salinannya mencapai urutan terbesar ke-4 sejak tahun 2001.

Buku Green Eggs and Ham hanya menggunakan kata-kata yang sederhana untuk pembaca pemula. Hanya ada 50 kata yang berbeda, dan 49 kata hanya memiliki 1 suku kata. Satu-satunya pengecualian adalah "anywhere". 50 kata yang digunakan tersebut adalah: a, am, and, anywhere, are, be, boat, box, car, could, dark, do, eat, eggs, fox, goat, good, green, ham, here, house, I, if, in, let, like, may, me, mouse, not, on, or, rain, Sam, say, see, so, thank, that, the, them, there, they, train, tree, try, will, with, would, you.

Membaca cerita taruhan Dr. Seuss dan Bennet Cerf diatas, mungkin yang terlintas pertama kali di pikiran kita adalah Dr. Seuss sedang beruntung. Seorang penulis berbakat sedang main taruhan, dan kebetulan buku cerita anak yang ditulisnya bisa menjadi best seller dunia.

Tapi kebetulan seperti itu kemungkinannya sangat kecil. Dan di luar kebetulan yang mungkin sedang hinggap di pundak Dr. Seuss saat membuat cerita Green Eggs and Ham, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari proses penulisan buku cerita anak yang fenomenal tersebut.

Ketika memberi taruhan pada Dr. Seuss, Bennet Cerf memberi batasan bahwa dia hanya boleh menulis buku cerita anak dengan kurang dari 50 kata. Seandainya kita yang diajak bertaruh, kemungkinan besar kita akan menyerah.

Lha wong menulis dengan berbagai macam kata saja sudah sulit, apalagi kosakatanya dibatasi. Menulis dengan tema bebas saja tidak mudah, apalagi diminta menulis khusus cerita kanak-kanak.

Tapi mengapa Dr. Seuss bisa? Mengapa Dr. Seuss mampu membuat buku best seller dunia dengan semua batasan tersebut?

Menggunakan Batasan dan Kendala sebagai kekuatan diri.

Ini bukan tentang masalah betapa berbakatnya Dr. Seuss, atau faktor kebetulan dan takdir. Dalam proses kreatifnya, Dr. Seuss justru menggunakan batasan itu untuk mengeluarkan segenap kemampuan terbaiknya dalam hal menulis.

Menentukan batasan untuk diri sendiri sering memberikan hasil yang lebih baik daripada "menjaga pilihan tetap terbuka". Misalnya, saat kita menentukan berapa lama harus berolahraga, atau berapa banyak uang yang kita gunakan untuk modal bisnis, atau jumlah kata yang dapat kita gunakan dalam menulis, sering memberi hasil yang lebih baik daripada saat kita tidak menentukan batasan apapun.

Proses kreatif Dr. Seuss mengajarkan kita tentang hal ini. Dia tahu bahwa menetapkan beberapa batasan untuk bekerja di dalamnya sangat berguna sehingga ia menggunakan strategi ini untuk buku-bukunya yang lain. Buku The Cat in The Hat misalnya, ditulisnya hanya dengan menggunakan daftar kosakata yang paling dasar.

Kita seringkali merasa putus asa ketika menemui kendala dalam proses kreatif yang kita lakukan. Kita seringkali merasa sudah kalah duluan saat ada batasan yang kita rasa tidak mampu melewatinya. 

Padahal, kendala dan batasan itu dapat memberi manfaat bagi diri kita sendiri saat melakukan sebuah proses kreatif. Ada dua manfaat yang bisa kita ambil saat kita menemui kendala dan batasan yang menghadang laju aktivitas kita.

Kendala membuat kita lebih kreatif.

Seandainya kita hanya memiliki tubuh setinggi 160 cm dan kita ingin menjadi pemain basket profesional, kita akan mencari cara yang lebih kreatif untuk mencetak skor daripada orang lain yang punya tubuh setinggi 190 cm. 

Jika kita seorang fotografer dan ingin menunjukkan bagaimana cara memotret hanya dengan satu lensa, maka kita mencari cara yang lebih kreatif untuk menangkap keindahan subjek foto daripada ketika kita memiliki semua perlengkapan yang tersedia.

Bila kita memiliki anak berusia satu tahun yang menghabiskan hampir setiap waktunya untuk bermain gawai dalam sehari, kita akan mencari cara yang lebih kreatif untuk mengajaknya berolahraga atau bermain di luar.

Keterbatasan mendorong kita untuk mencari solusi. Kendala yang kita peroleh sering menginspirasi kreativitas kita.

Kendala memaksa kita melakukan sesuatu.

Ketika seorang pencuri merasa terdesak karena ketahuan, ia seringkali melakukan hal-hal yang tidak terduga, yang dalam keadaan biasa mungkin ia tak mampu melakukannya. Bukan berarti saya menyarankan untuk mencontohnya.

Maksud saya, selain menginspirasi kreativitas, kendala atau batasan bisa memaksa kita untuk bertindak, melakukan suatu hal yang jika kendala dan batasan itu tidak ada, kita mungkin tidak mau atau tidak bisa melakukannya.

Contohnya, jika kita diberi tenggat waktu yang singkat untuk membuat tulisan, kita akan dengan segera melakukan riset dan mengumpulkan bahan tulisan. Bandingkan apabila tidak ada tenggat waktu, atau jika deadline-nya masih lama. Kemungkinan besar kita akan menunda pekerjaan itu.

Kendala akan memaksa kita untuk melakukan sesuatu dan tidak mengizinkan kita untuk menundanya.

Itulah sebabnya saya percaya, seorang profesional selalu memberi batasan berupa jadwal produktivitas mereka, sementara seorang amatir hanya menunggu sampai dia termotivasi.

Jadikan kendala dan batasan sebagai ukuran kanvas kreativitas.

Sekarang coba perhatikan, kita sering menghabiskan waktu untuk mengeluh betapa kecilnya sumber daya yang kita miliki.

"Aku tak punya waktu untuk menulis."

"Saya tak punya cukup uang untuk memulai bisnis."

"Saya tak bisa mengerjakannya bila kondisinya seperti ini."

Kita mengeluh dan tidak mau bertindak karena kita melihat kendala dan batasan itu sebagai musuh yang harus dihindari. Tetapi kendala bukanlah musuh.

Setiap artis memiliki seperangkat alat yang terbatas untuk dikerjakan. Setiap atlet memiliki keterampilan terbatas untuk dilatih. Setiap pengusaha memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas untuk digunakannya sebagai modal. Kendala dan batasan adalah kanvas yang disediakan bagi kita untuk menghasilkan sebuah karya seni yang hebat.

Dr. Seuss diberi batasan kurang dari 50 kata. Itulah ukuran kanvasnya. Tugasnya adalah melihat gambar seperti apa yang bisa dia lukis dengan kurang dari 50 kata itu.

Kita hanya dapat menyisihkan 15 menit setiap hari untuk menulis? Itulah ukuran kanvas yang kita miliki. Tugas kita adalah menjadikan waktu 15 menit itu untuk membuat setiap kata dan paragraf menjadi karya seni tulisan bernilai tinggi.

Kita hanya memiliki perbendaharaan kata yang sedikit dan sederhana? Be it. Jadikan kendala itu sebagai ukuran kanvas kreativitas. Tugas kita adalah menjadikan kata-kata sederhana yang kita kuasai itu untuk membuat sebuah tulisan yang bermakna.

Sewaktu ada tawaran untuk menjadi fasilitator Gapura Digital, tanpa ragu saya menerimanya. Sekalipun saya sadar, ada satu keterbatasan yang bisa jadi kendala besar. Sifat introvert membuat saya sering gugup saat berbicara di depan orang banyak.

Tapi saya menjadikan keterbatasan itu, ditambah dengan pengalaman menjadi tenaga penjual, sebagai alat motivasi untuk melatih kemampuan public speaking. Saya jadikan keterbatasan itu untuk mengeluarkan kemampuan terbaik saya dalam hal berbicara di depan umum dan memberi pelatihan digital.

Saya lebih suka menulis daripada bicara, karena memang itulah yang menurut saya seharusnya dilakukan seorang penulis. Tapi saya ingin menjadi penulis yang bisa berbicara.

Saat bekerja sebagai marketing dulu, saya dikenalkan dengan sebuah film biografi yang sangat memotivasi. Judulnya Door to Door (2002), menceritakan kisah nyata Bill Porter yang diperankan oleh William H. Macey.

Bill Porter memiliki kendala fisik cerebral palsy, semacam down syndrome. Tapi kendala fisiknya tersebut tidak menghalanginya untuk berjualan di wilayah yang "kering". Dia mengetuk satu pintu ke pintu lain, memperlihatkan katalog produk dan menawarkan dagangannya. 

Yang diingat Bill Porter hanya nasehat dari ibunya, "Patience and Persistance", sabar dan tekun. In the end, Bill Porter terpilih menjadi Salesman of The Year, dan kini ia menjadi salah satu ikon dalam hal ketekunan dan kegigihan.

Kita semua memiliki kendala dalam hidup kita. Kendala dan batasan hanya menentukan ukuran kanvas yang harus kita kerjakan. Apa yang akan kita lukiskan dalam kanvas itu tergantung pada ketekunan dan kesabaran kita saat melukisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun