Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tips Mempromosikan Konten Digital Menggunakan Penyingkat URL

4 Juli 2019   07:32 Diperbarui: 4 Juli 2019   07:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto layar dokumentasi Himam Miladi

Sebelum tercipta sistem penamaan domain, alamat sebuah situs berupa deretan angka. Tentu ini sangat menyulitkan pengguna untuk mengingat deretan angka tersebut. Salah ketik satu angka tentu saja membuat situs yang dituju tidak akan bisa ditemukan.

Kemudian diciptakanlah sistem penamaan domain. Sistem ini tentu saja mempermudah pengguna untuk mengetik dan mengingat alamat situs yang hendak ditujunya. 

Dari semula berupa deretan angka, alamat situs kini bisa dituju dengan mengetikkan rangkaian huruf dan karakter yang membentuk nama tertentu sebagai penanda alamat situs yang dimaksud.

Mengenal sistem penamaan domain.

Tapi ternyata ini belum cukup memuaskan. Dasar manusia, kita pinginnya yang mudah-mudah saja. Karena di dunia internet ini orang berlomba-lomba membuat alamat situs, tentu saja terjadi persaingan penamaan domain.

Prinsip first come first serve pun diterapkan. Siapa cepat, maka dia dapat mendaftarkan nama-nama yang baik dan cantik sehingga mudah diingat audiens. Dengan begitu, nama situsnya punya nilai jual lebih.

Seperti apa nama situs yang "baik dan cantik" itu?

Ada enam prinsip dasar dari sistem penamaan domain, sehingga nama sebuah situs bisa digolongkan sebagai nama yang "baik dan cantik", yakni:

  • Mudah diketik, supaya pengguna terhindar dari salah pengetikan.
  • Mudah diingat
  • Unik, tidak mirip dengan yang lain
  • Relevan, nama situs harus bisa secara langsung menjelaskan tujuannya, jenis bisnis atau produk/layanan.
  • Bermakna positif atau netral
  • Tidak mengandung karakter lain

Konon, Larry Page memilih nama Google karena nama ini memiliki karakter yang cukup pendek, cuma 6 huruf sehingga mudah untuk diketikkan. Selain itu, konon pula alasan Page memilih nama Google adalah karena mudah diucapkan/dilafalkan.

Coba saja lafalkan sendiri nama Google, dan kemudian bandingkan dengan pelafalan nama perintis mesin pencari sebelumnya, Altavista. Faktor ini pula yang membuat beberapa platform mesin pencari memiliki nama yang pendek dan mudah diucapkan. Sebut saja Yahoo!, Yandex, atau Baidu. Kecuali DuckDuckGo yang mungkin memang tidak mempedulikan faktor pelafalan nama ini.

Semakin sedikit karakternya, semakin mudah diketikkan dan mudah diucapkan sehingga ujungnya nama situs itu mudah diingat pengguna. Karena itulah nama situs yang "cantik" seperti ini harganya mahal, bisa mencapai milyaran rupiah. Sebagai contoh, nama situs JD.id harus ditebus dengan harga 500 juta rupiah!

Jadi, dengan nama domain yang singkat, mudah diketik dan mudah diingat, otomatis kita juga mudah untuk mempromosikan situs tersebut terutama secara offline.

Misalnya ada yang bertanya, "Boleh tahu nama website perusahaan anda?"

Dengan memberikan nama situs perusahaan yang "baik dan cantik", si penanya akan dengan mudahnya mengingat nama situs tersebut.

Saat memberi pelatihan pada pelaku UKM Kota Batu, saya sempat bertanya pada peserta yang sudah punya website gratisan yang didapat dari fitur Google My Business. Jawabannya membuat saya tercengang sekaligus geli sendiri:

www.jual-grosir-alat-pijat-neo-dari-kayu.business.site, kira-kira seperti ini (karena terlalu panjang jadinya lupa).

Bingung nggak? Kita mungkin bisa mengingat, tapi kemungkinan besar juga akan terjadi salah ketik karena nama tersebut mengandung karakter lain, yakni tanda sambung. Kalau SEO-nya bagus sih tidak masalah, tinggal mencarinya di Google Search sesuai kata kunci, situs tersebut akan muncul di halaman awal.

Mengenal sistem penamaan konten digital.

Ini baru masalah nama domain. Bagaimana dengan nama/alamat dari isi sebuah konten digital?

Jika nama situs bisa diperebutkan berdasarkan prinsip first come first serve, alamat dari konten digital tidak bisa dibuat seperti itu. Ia harus mengikuti nama domainnya dan judul konten yang ditentukan sendiri oleh pengelola situsnya.

Misalnya saat kita membuat dan menayangkan artikel, alamat dari artikel tersebut harus mengikuti format standar tertentu. Namanya Uniform Resource Locator (URL), yang kalau dibahasakan menjadi Lokator Sumber Seragam (LSS). Ini adalah rangkaian karakter menurut suatu format standar tertentu yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di internet.

Secara umum, URL harus memuat tiga informasi, yakni protokol (http atau https), alamat server (nama domain) dan path file (lokasi dan nama konten dalam server tersebut).

Sebagai contoh: https://www.kompasiana.com/primata/5d195f5e097f3622445a5633/mari-bersama-membangun-bangsa-pesan-sandiaga-uno-untuk-pendukung-yang-kecewa

Saat kita menayangkan artikel di website, URL dari artikel tersebut biasanya dibuat secara otomatis sesuai dengan pedoman/format standar dari platform website yang kita gunakan. Namun, kita juga membuatnya secara kustom. 

Struktur URL kustom akan menambah estetika, kemudahan penggunaan, dan kompatibilitas ke depannya untuk seluruh tautan dari website kita.

Contohnya:https://warungwisata.com/gejala-mata-kering/

Sekarang coba bayangkan, bagaimana cara kita mempromosikan konten digital dengan URL yang panjang seperti itu? Kalau kita mempromosikannya lewat media sosial yang bisa menampilkan tautan langsungnya sih gak masalah. Seperti Facebook atau Twitter, atau menempatkan tautan tersebut dalam konten digital lain yang ada di website kita sendiri.

Tapi bagaimana bila kita ingin mempromosikannya secara offline? Atau lewat media sosial yang hyperlink-nya tidak efektif, seperti Instagram?

Sama seperti kasus nama domain jual-grosir-alat-pijat yang saya contohkan diatas, kemungkinan besar orang tidak bisa mengingat dan mengetiknya jika kita menuliskan alamat URL itu apa adanya.

Tips Mempromosikan konten digital menggunakan Penyingkat URL.

Karena itu, berterima kasihlah pada penemu ide Penyingkat URL (URL Shortener). Dengan idenya tersebut, kita bisa menyingkat URL yang panjang dan tidak mudah diketik ulang tadi menjadi alamat URL yang pendek dan mudah diingat. Memanfaatkan penyingkat URL yang baik untuk meminimalkan jumlah karakter dalam suatu tautan adalah cara yang digunakan banyak pengguna internet saat ini.

Di internet, ada banyak situs penyedia Penyingkat URL yang bisa kita gunakan secara gratis. Yang paling populer dulunya adalah goo.gl. Sesuai namanya, Penyingkat URL ini memang disediakan oleh Google. Sayang sekali, semenjak 30 Maret 2019 lalu, Google menghentikan layanan Penyingkat URL miliknya (tanpa alasan yang jelas). Hanya saja seluruh tautan yang sudah memanfaatkan goo.gl akan terus diarahkan pada alamat aslinya. Namun khusus untuk pengguna website Google My Business, mereka bisa menyingkat URL situsnya menjadi g.page/namasitus.

Setelah goo.gl tidak dapat digunakan, Penyingkat URL yang populer dan sering digunakan adalah bit.ly. Bagian dari daya tarik Bitly ini adalah penggunaannya mudah dan sederhana. Bit.ly memiliki dasbor yang komprehensif di mana kita dapat melacak statistik tentang tautan yang kita pendekkan, seperti rasio klik-tayang, data geografis orang yang mengunjungi tautan, dan sebagainya.

foto layar dokumentasi Himam Miladi
foto layar dokumentasi Himam Miladi

Kita bisa menggunakan bit.ly secara gratis melalui alamat bitly.com. Setelah mendaftar dengan email atau akun Google/Facebook, kita tinggal mengklik menu Create untuk membuat penyingkat URL. Tempelkan alamat panjang dari URL yang ingin kita pendekkan, kemudian tekan tombol Create. Setelah dikonversi, tekan tombol Safe.

Misalnya kita dapat mengonversi

https://www.kompasiana.com/primata/5d1b6ac6097f3619b071fab4/ditinggal-desainer-legendarisnya-apple-harus-belajar-dari-kesalahan-kodak

menjadi

http://bit.ly/2Yv06CJ

Versi kedua jauh lebih pendek dan lebih mudah bagi seseorang untuk menyalin dan menempel atau mengetik.

Secara otomatis, bit.ly mengonversi alamat URL yang panjang itu menjadi lebih pendek tapi dengan karakter yang acak. Tapi jangan khawatir, kita juga bisa membuatnya secara kustom.

foto layar dokumentasi Himam Miladi
foto layar dokumentasi Himam Miladi

Pada kolom alamat URL versi bit.ly, kita bisa mengganti karakter acak yang sudah tersedia menjadi rangkaian karakter yang kita inginkan, misalnya menjadi kata kunci tertentu sesuai dengan judul konten atau alamat situs.

Contohnya dari alamat URL panjang: https://www.kompasiana.com/primata/5cd98c8e6db8435bfd0d929b/kontroversi-iklan-aplikasi-hago-yang-melecehkan-martabat-guru

menjadi

bit.ly/IklanHago

Namun, seperti halnya sistem penamaan domain, penggantian karakter di bit.ly ini juga menganut prinsip first come first serve. Artinya, bila rangkaian karakter yang ingin kita gunakan sudah diambil orang lain, kita tidak bisa menggunakannya lagi.

Yang harus diingat dan penting untuk diketahui saat mempromosikan konten digital menggunakan Penyingkat URL ini adalah, kita harus menuliskannya secara persis. Maksudnya, bila alamat URL versi pendek ini menggunakan karakter huruf kapital (uppercase), kita harus menulis/mengetiknya dengan huruf kapital pula. Karena bila kita mengetiknya dengan huruf kecil, sekalipun hurufnya sama, alamat URL yang dituju tidak bisa tersambung.

Sayangnya, karena bisa menyingkat URL yang panjang, bit.ly sering digunakan untuk menyamarkan alamat situs yang digunakan untuk penipuan. Saya pernah mendapat SMS penipuan dengan modus memenangkan hadiah undian yang mencatut nama Pertamina. Biasanya, si penipu akan menyertakan website dengan alamat blogspot atau wordpress. Nah, dalam SMS yang saya terima itu, si penipu menggunakan bit.ly untuk menyamarkannya menjadi bit.ly/hadiah-pertamina, padahal alamat situs aslinya adalah www.hadiah-pertamina.blogspot.com.

Dengan menggunakan Penyingkat URL, kita bisa membuat berbagi tautan tertulis lebih mudah dikelola. Katakanlah kita ingin memberikan tautan pada kartu bisnis, iklan offline (billboard, brosur atau flyer), atau email yang hyperlinknya tidak ideal. URL yang disingkat memakan lebih sedikit ruang dan membuat teks URL yang kita sertakan terlihat rapi.

Manfaat lain dari penggunaan Penyingkat URL ini adalah kita bisa membuat variasi pada satu tautan sehingga kita dapat dengan mudah melacak sumber lalu lintasnya. Misalnya, kita dapat membuat satu URL untuk digunakan di Twitter, yang berbeda untuk Facebook, dan yang ketiga untuk digunakan dalam buletin email. Ini sangat efektif dalam kampanye iklan sehingga kita bisa menganalisa lalu lintas dari mana yang paling banyak menarik minat untuk kemudian kita optimalkan kampanye iklan melalui media tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun