Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ucapkan Terima Kasih Saat 6 Situasi Ini, Bukan Perkataan yang Lain

27 Juni 2019   10:29 Diperbarui: 27 Juni 2019   10:37 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
episode Thank You komik Baopu (yaoxiaoart.com)

Dalam bahasa Arab, ada ungkapan yang berbunyi "li kulli maqam maqal wa likulli maqal maqam" yang artinya "untuk setiap tempat ada ucapan yang sesuai dan untuk setiap ucapan ada tempat yang sesuai."

Kita memang sering keliru dalam menempatkan ucapan untuk situasi dan kondisi tertentu. Misalnya, ada seorang pejabat yang diminta memberi sambutan untuk acara pemakaman. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kalimat pembuka yang sama, saat mengawali sambutannya itu pejabat tersebut mengucapkan, "Hadirin yang berbahagia......"

Salah satu ucapan yang sering kali tertukar waktu dan tempat pengucapannya adalah ucapan Terima Kasih. Ucapan ini seringkali hanya kita maknai sebagai bentuk rasa syukur dan tanggapan/respon atas pertolongan dan apresiasi dari orang lain. Padahal, "Terima Kasih" bisa digunakan dalam beberapa situasi tertentu untuk menggantikan ucapan lain yang tidak tepat karena tidak sesuai penempatannya.

Ucapkan "Terima Kasih" saat kita terlambat.

Setidaknya itulah yang disarankan Yao Xiao, seorang ilustrator dan komikus kelahiran Cina yang kini menetap di New York. Melalui salah satu episode komik Baopu, Yao Xiao menyarankan pada kita untuk mengucapkan terima kasih ketika kita terlambat!

episode Thank You komik Baopu (yaoxiaoart.com)
episode Thank You komik Baopu (yaoxiaoart.com)

Komik Baopu sendiri adalah komik karya asli Yao Xiao yang mengeksplorasi nuansa dalam mencari identitas, koneksi dan persahabatan melalui kehidupan fiksi dari karakter seorang imigran muda yang aneh.

Mungkin saran Yao ini terlihat tidak biasa, karena sebagian besar dari kita umumnya lebih sering mengucapkan kata maaf di saat datang terlambat. Namun, mari kita telisik lebih jauh saran Yao ini dari kacamata logika dan filosofi hidup kita sendiri.

Terlambat memang suatu hal yang buruk. Sangat membuat stress orang yang mengalaminya, dan dianggap tidak sopan bagi mereka yang sedang menunggu.

Bagaimana respon dan tindakan kita saat mengalami keterlambatan? Secara default, kita otomatis mengatakan "Maaf, saya terlambat."

Mengucapkan permintaan maaf memang bagus, karena itu artinya kita mengakui kesalahan kita, baik disengaja maupun tidak. Masalahnya, bagaimana dengan orang-orang yang sudah berkorban untuk menunggu kita? Tidakkah kita ingin mengucapkan "Terima Kasih" karena mereka sudah menunggu?

Sebagai contoh: Kita terlambat datang 30 menit.

Alih-alih mengucapkan, "Maaf terlambat. Kena macet di jalan tadi."

Sekarang coba katakan, "Terima kasih ya buat kesabarannya sudah mau menunggu."

Nah, rasakan perbedaannya, mana yang lebih baik bagi orang-orang yang sudah menunggu kita?

Lebih tepat lagi adalah setelah kita meminta maaf, kita ucapkan pula rasa terima kasih.

Ketika kita melakukan kesalahan, orang lain sering berkorban. Respons otomatis kita adalah hanya meminta maaf atas kesalahan tersebut.  Tetapi pendekatan yang lebih baik adalah kita juga memuji kesabaran dan kesetiaan mereka dalam menanggapi kesalahan yang kita perbuat. Berterimakasihlah atas apa yang mereka lakukan terlepas dari kesalahan yang kita lakukan itu disengaja atau tidak.

Selain menggantikan kata "Maaf" saat kita terlambat, "Terima Kasih" juga lebih tepat untuk diucapkan saat beberapa situasi lain berikut ini:

Ucapkan "Terima Kasih" saat kita menerima pujian.

Sepertinya sudah menjadi budaya bagi orang Timur seperti kita untuk selalu merendah setiap kali mendapat pujian. Memang bagus sih, karena niatnya kan kita tidak ingin tampil sombong atau menjadi sombong karena hal yang membuat kita dipuji tersebut.

Tapi, dengan menangkis pujian yang dilontarkan tersebut, kita seolah tidak mengakui jerih payah atau niat tulus orang yang memuji kita.

Misalnya ada yang memuji: "Busanamu terlihat bagus, cocok deh dipakai saat seperti ini."

Alih-alih mengatakan: "Ah nggak. Ini baju lama kok. "

Coba katakan: "Terima kasih. Aku senang kau menyukainya."

Contoh pujian: "Gila! Presentasimu hari ini mantab betul, Sob. Gak ada yang bisa menyanggah."

Alih-alih menangkisnya: "Ah biasa saja kayaknya. Aku malah gugup saat mempresentasikannya."

Coba katakan: "Terima kasih. Senang rasanya presentasi tadi berjalan dengan baik. "

Pujian adalah salah satu anugerah yang patut kita terima bila kita memang layak da patut menerimanya. Jadi, seharusnya kita menerima pujian itu dengan rasa senang, bukan malah membelokkan dan merusaknya dengan merendahkan pernyataan atau bertindak terlalu rendah hati.

Selain menghargai orang yang mengucapkannya, dengan mengatakan "Terima kasih" itu artinya kita membiarkan bobot pujian yang dilontarkan meresap dan menjadi milik kita.

Ucapkan "Terima Kasih" saat kita menerima umpan balik yang bermanfaat.

Umpan balik bisa sangat membantu, tetapi kita jarang melihatnya seperti itu. Apakah itu ulasan kinerja yang tidak menarik dari atasan atau  komentar dan email dari pelanggan yang tidak puas. Reaksi standarnya adalah kita bersikap defensif. Semestinya jawaban yang benar adalah dengan hanya mengatakan, "Terima kasih" dan gunakan informasi umpan balik tersebut untuk meningkatkan kinerja atau layanan.

Contoh umpan balik dari atasan: "Pekerjaanmu kok seperti ini? Saya pikir dengan kapasitasmu kamu bisa melakukan yang lebih baik."

Alih-alih mengucapkan: "Maaf Pak. Waktunya terlalu singkat, jadi hasilnya seperti ini. "

Coba katakan: "Terima kasih Pak sudah mengharapkan lebih banyak dari saya."


Contoh umpan balik dari pelanggan: "Eh Maemunah, Gue baru beli produk elo minggu lalu, masak baru dipake sehari langsung rusak?"

Alih-alih membela diri: "Maaf, bagaimana Anda menggunakannya? Kami sudah membuatnya sangat jelas dalam syarat dan ketentuan kami bahwa produk tersebut tidak dirancang untuk bekerja dalam kondisi tertentu. "

Coba katakan: "Terima kasih telah berbagi pengalaman Anda. Ketahuilah bahwa kami selalu berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Bisakah Anda berbagi detail lebih lanjut tentang masalah ini?"

Tidak ada yang suka gagal, tetapi kegagalan hanyalah setitik data dari sebuah pengalaman. Tanggapi umpan balik yang bermanfaat dengan terima kasih dan gunakan itu untuk menjadi lebih baik lagi.

Ucapkan "Terima Kasih" saat kita menghibur seseorang.

Seringkali kita merasa canggung dan tidak tahu harus mengatakan apa lagi ketika ada teman yang curhat atau membawa kabar buruk. Tentu saja respon pertama kita adalah mendo'akan yang terbaik baginya.

Tapi, alangkah baiknya bila kita menambahkan ucapan "Terima Kasih". Untuk apa? Untuk kepercayaan mereka yang sudah mau berbagi cerita dengan kita.

Contoh curhat teman: "Lagi pusing Mas Bro. Kantorku lagi ada PHK besar-besaran. Kayaknya aku kena juga."

Coba katakan: "Yah, semoga cepat dapat kerjaan baru Pren. Makasih sudah berbagi cerita ya".

Saat orang lain menderita, mereka tidak perlu mendengar kata-kata untuk mengurangi rasa sakit sebanyak mereka membutuhkan seseorang untuk berbagi rasa sakitnya. Ketika kita tidak tahu harus berkata apa, katakan saja "Terima kasih" dan hadirlah di sana.

Katakan "Terima Kasih" saat kita menerima kritik yang tidak adil.

Pada dasarnya, sebuah kritik adalah upaya untuk mengungkapkan kesalahan kita karena kritik selalu didasari oleh perasaan tidak suka/tidak puas atas hasil kerja yang sudah kita lakukan. Apa yang dikatakan orang sebagai "Kritik yang membangun" hakekatnya adalah sebuah umpan balik.

Saat menerima kritik, respon otomatis kita biasanya adalah melakukan pembelaan dan terkadang mencela balik. Jika itu dilakukan, kita bisa terjebak dalam adu argumen yang tidak berguna. Salah satu pendekatan terbaik adalah dengan hanya mengucapkan terima kasih dan melanjutkan kerja kita. Ucapan terima kasih itu bisa segera menetralkan kekuatan pernyataan/kritik yang dilontarkan.

Contoh kritikan : "Artikel kayak gini kok bisa jadi pilihan redaktur ya? Kayak baru belajar nulis aja."

Alih-alih membela diri : "Ya suka-suka redakturnya dong, kok situ yang sewot. Coba kasih lihat kesini artikelmu sendiri, apa memang lebih baik?

Coba katakan: Terima kasih sudah membagikan pendapat Anda. Saya akan mencoba untuk meningkatkan kreatifitas menulis saya di waktu berikutnya."

Melepaskan kebutuhan untuk memenangkan setiap argumen adalah tanda kedewasaan. Seseorang mengatakan sesuatu yang salah tentang hasil karya kita? So what gitu loh! Menangkan argumen dengan cara menjalani hidup kita sendiri.

Menunjukkan kesalahan orang lain juga tidak akan menghapus kesalahan kita. Berterima kasihlah kepada orang-orang yang telah meningkatkan kesadaran diri kita, sekalipun itu tidak pernah kita minta. 

Katakan "Terima Kasih" ketika kita tidak yakin harus berterima kasih kepada seseorang.

Jika ragu, ucapkan saja terima kasih. Tidak ada sisi negatifnya. Memangnya kenapa kalau kita sering mengucapkan terima kasih?

"Haruskah saya mengirim kartu ucapan Terima Kasih dalam situasi ini?" Ya, lakukan saja.

"Eh, apa pelayannya harus dikasih tip?" Jika tidak tahu atau tidak mau memberi, setidaknya katakan terima kasih.

Katakan terima kasih, lebih sering.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun