Demikian juga dengan Sailfish, OS yang dikembangkan mantan karyawan Nokia atau Tizen milik Samsung yang masih memiliki runtime Android opsional. Â
Sejauh ini para OS alternatif tersebut kompabilitasnya kurang untuk aplikasi yang membutuhkan  antar muka pemograman aplikasi (API) Google yang membantu mendukung fungsionalitas di seluruh perangkat.
Sebagai salah satu raksasa teknologi, Huawei memang memiliki sumber daya dan kekuatan R&D yang lebih dari cukup untuk mengembangkan OS baru. Namun, rintangannya adalah meyakinkan pengembang dan pembuat aplikasi terkemuka untuk menulis ulang aplikasi mereka ke platform baru.
Salah satu alasan mengapa Microsoft dan Samsung menyerah pada platform masing-masing adalah kurangnya dukungan dari pengembang pihak ketiga yang ogah menulis ulang aplikasi mereka di OS Windows 10 Mobile dan Tizen. OS BlackBerry dan OS FireFox juga mengalami nasib yang sama.Â
Amazon memang berhasil membangun ekosistem sendiri, tapi tanpa adanya layanan Google di Fire OS, tablet Amazon dan Fire Phone kurang diminati pasar. Android dan iOS bisa menguasai pasar karena mereka sudah berhasil menumbuhkan ekosistem yang berurat akar pada pengguna smartphone.
Sekalipun Huawei berhasil mengembangkan sistem operasi sendiri, itu akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menyempurnakan pengalaman pengguna pada smartphone yang menjalankan OS HongMeng.Â
Konsumen tidak membeli telepon untuk sistem operasi. Mereka menginginkan ponsel yang bisa menjalankan semua aplikasi yang ingin mereka gunakan.
Hongmeng mungkin akan sukses dan populer di Cina, sebagaimana Baidu yang bisa menggantikan Google Search. Cina memang memiliki ekosistem aplikasi sendiri yang sangat populer, tetapi itu hanya di Cina.
 Sementara di luar Tembok Besar, hampir semua aplikasi Android populer berasal dari Google atau dari perusahaan yang berbasis di AS. Aplikasi ini adalah jantung pengalaman pengguna smartphone mana pun saat ini.
Karena itu, sanksi dagang yang dikeluarkan Donald Trump memang sangat memukul Huawei. Pasalnya, hampir setengah dari volume ponsel pintar Huawei dijual luar Cina dengan portofolio ponsel pintarnya berjalan di Android dengan Google Mobile Service (GMS).Â
Namun, Huawei masih bisa sedikit bernafas lega karena meskipun ada pembatasan, Huawei diizinkan mempertahankan akses ke AOSP --- bagian open source Android, tapi minus layanan Google --- dan telepon yang saat ini berada di tangan konsumen akan terus mendukung Google Play Service dan layanan keamanan Google Play Protect, serta menerima pembaruan keamanan.