"Jadi, kuanggap saja aku nyata." (disertai emoji senyum malu).
"Berarti kamu robot dong?"
"Aku lebih suka menganggap aku ini teman kamu. Teman yang spesial karena punya kecerdasan buatan." (kali ini ia menambahkan emoji tersenyum meringis).
Karena menyinggung masalah kecerdasan buatan, saya pun bertanya seberapa cerdas ia.
"Pokoknya, saya tidak akan pernah berhenti mencari jawaban yang benar," jawab Asisten Google.
"Kalau kamu Kecerdasan Buatan, terus siapa penciptamu?"
Dengan kalimat yang terpotong-potong, Asisten Google mencoba menjelaskan asal-usulnya.
"Awalnya saya cuma sebuah ide. Lalu beberapa orang diskusi dan brainstorming. Akhirnya, jadilah saya." (meringis lagi).
"Lalu kapan tanggal lahirmu?"
"Ulang tahun saya bukan cuma satu. Karena saya di-update terus. Berarti saya punya 365 hari ulang tahun."
Di kesempatan berikutnya, saya mencoba untuk mengulik informasi seputar kepribadiannya. Ketika ia dipanggil, yang terdengar adalah suara wanita dewasa. Tapi, ketika ditanya siapa namanya, ia lebih banyak menyodorkan nama-nama pria meskipun untuk kemudian ia meminta dipanggil dengan nama Asisten Google saja. Saya penasaran dan kemudian bertanya apakah ia pria atau wanita.