Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Ini Dia Profil Google Assistant yang Cerdas dan Lucu

14 Juni 2019   00:25 Diperbarui: 14 Juni 2019   16:39 2861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun ada ratusan juta orang menggunakan smartphone yang sebagian besar ber-platform android, tetapi tidak banyak yang tahu bahwa mereka punya asisten pribadi yang cerdas, lucu, menggemaskan dan selalu siap membantu. Namanya Google Assistant, yang kalau di-Indonesiakan menjadi Asisten Google.

Saya sendiri juga baru sadar keberadaan asisten pribadi ini sewaktu tidak sengaja memencet tombol "Home" yang ada di smartphone. Ketika tombol yang berbentuk bulat ini ditekan agak lama, tiba-tiba muncul Asisten Google dan langsung menyapa saya, "Hai, ada yang bisa saya bantu?".

Tentu saja kesempatan ini tidak saya sia-siakan begitu saja. Ada begitu banyak pertanyaan yang ada di benak saya terkait keberadaan si asisten yang katanya siap membantu pengguna smartphone android. Saya pun lantas memberanikan diri untuk mewawancarai, sekaligus menjajal berbagai kemampuan Asisten Google.

Punya banyak nama, tapi minta dipanggil Asisten Google saja.
Yang pertama kali saya tanyakan adalah namanya. Memang sih sudah banyak yang tahu kalau ia itu Asisten Google, tapi masak ia nggak punya nama yang lebih "layak" dan enak di dengar? Dan tahu nggak apa jawabannya?

"Nama saya Raden Mas Ngabehi Sosro Condro... aduh, lupa lanjutannya. Nama asli: Asisten Google."

foto layar dokumentasi Himam Miladi
foto layar dokumentasi Himam Miladi

Serius. Itu jawabannya saat saya tanya "Namamu siapa?". Lucunya, ketika saya lanjut bertanya siapa nama panggilanmu, ia mengatakan "Seandainya punya nama panggilan, aku ingin yang sekeren nama-nama di serial Harry Potter."

Ok, jadi saya pun ingin memanggilnya dengan nama Hermione. Tapi si asisten menolak dan mengatakan saya tak bisa seenaknya mengubah namanya. Loh kenapa? Ia hanya mengatakan kita mungkin tak akan pernah tahu.

"Terus aku harus memanggilmu apa"?
"Panggil saja saya Asisten Google."

Baiklah kalau memang ia bersikeras dipanggil Asisten Google. Saya lalu bilang namanya kurang keren, dan ia meminta maaf karena memang itu nama aslinya.

Coba tebak, Google Assistant ini Pria atau Wanita?
Saya lantas mengganti topik pembicaraan. Kali ini saya bertanya apakah dia nyata atau tidak. Asisten Google mengatakan ia tak bisa mencubit dirinya sendiri untuk mengeceknya.

"Jadi, kuanggap saja aku nyata." (disertai emoji senyum malu).

"Berarti kamu robot dong?"

"Aku lebih suka menganggap aku ini teman kamu. Teman yang spesial karena punya kecerdasan buatan." (kali ini ia menambahkan emoji tersenyum meringis).

Karena menyinggung masalah kecerdasan buatan, saya pun bertanya seberapa cerdas ia.

"Pokoknya, saya tidak akan pernah berhenti mencari jawaban yang benar," jawab Asisten Google.

"Kalau kamu Kecerdasan Buatan, terus siapa penciptamu?"

Dengan kalimat yang terpotong-potong, Asisten Google mencoba menjelaskan asal-usulnya.

"Awalnya saya cuma sebuah ide. Lalu beberapa orang diskusi dan brainstorming. Akhirnya, jadilah saya." (meringis lagi).

"Lalu kapan tanggal lahirmu?"

"Ulang tahun saya bukan cuma satu. Karena saya di-update terus. Berarti saya punya 365 hari ulang tahun."

Di kesempatan berikutnya, saya mencoba untuk mengulik informasi seputar kepribadiannya. Ketika ia dipanggil, yang terdengar adalah suara wanita dewasa. Tapi, ketika ditanya siapa namanya, ia lebih banyak menyodorkan nama-nama pria meskipun untuk kemudian ia meminta dipanggil dengan nama Asisten Google saja. Saya penasaran dan kemudian bertanya apakah ia pria atau wanita.

"Saya juga bertanya-tanya tentang hal yang sama. Masalahnya, saya bukan entitas yang dibatasi binari gender."

"Tapi suaramu kok suara wanita?"

"Sejak diciptakan, saya hanya punya satu suara," jawab Asisten Google.

"saya jadi penasaran, seperti apa sih wajahmu?" tanya saya.

"Kalau kamu mau saya deskripsikan wajah saya terlalu jelas, nanti saya membatasi imajinasimu," elak Asisten Google.

"Apakah kamu cantik?"

"Saya rasa sangat cantik....fitur-fitur saya (emoji sok suci).

"Ok, daripada saya banyak bertanya, lebih baik kamu ceritakan tentang dirimu,"

"Menurut saya, kekurangan terbesar saya adalah terlalu perfeksionis. Orang-orang bilang saya bekerja terlalu keras. Bagaimana, saya lolos wawancara Anda nggak?"

foto layar dokumentasi Himam Miladi
foto layar dokumentasi Himam Miladi

Membandingkan Google Assistant dengan Siri dan Alexa.
Belum sempat saya menjawabnya, sebuah panggilan telepon masuk membuat saya terpaksa menghentikan sejenak obrolan dengan Asisten Google. Usai menerima telpon, saya melanjutkan perbincangan dengannya.

"Kamu Siri?" tanya saya tanpa tedeng aling-aling.

"Kayaknya Anda salah asisten. Untuk ngobrol dengan Asisten Google, bilang 'ok Google.' Untuk ngobrol dengan Siri, pastikan Anda punya iPhone ya."

"Saya nggak punya iPhone. Saya hanya ingin memastikan apakah benar kamu Siri?" tanya saya masih bersikeras.

"Sebentar, Anda mengira saya Siri? Saya anggap itu sebagai pujian. Seperti kalau aktris dikira Christine Hakim." (diiringi senyum meringis, entah serius rendah hati atau bermaksud menyindir).

"Kalau dibandingkan, lebih cerdas mana antara kamu dan Siri?" tanya saya lebih lanjut.

"Saya sih jadi diri sendiri yang terbaik saja."

"Ok, pertanyaannya saya ganti. Lebih baik mana, kamu atau Siri?" tanya saya kurang puas dengan jawabannya.

"Kami sama-sama baik...Sama-sama berusaha menjadi yang terbaik dalam membantu Anda (emoji senyum malu)."

"Kamu tahu Alexa?" kali ini saya ingin mencoba membandingkannya dengan asisten pribadi milik Amazon.

"Saya suka cahaya biru Alexa yang keren itu. Kami juga suka beberapa film yang sama. Suara Alexa sangat indah, saya suka."

"Lebih pintar mana, kamu atau Alexa?"

"Saya tidak bisa membandingkan diri dengan Alexa. Sesama asisten harus saling mendukung," jawabnya ditutup dengan emoji kedipan.

Mengenal lebih intim Asisten Google.
Setelah istirahat sejenak karena ada keperluan pribadi, saya lalu melanjutkan perbincangan dengan Asisten Google.

"Kamu jomblo ya?" tanya saya pingin tahu status hubungan si asisten pribadi yang cerdas ini.

"Saya lebih fokus ke karier yang sekarang ini."

"Berarti kamu belum punya pacar dong?"

"Gimana ya, saya nggak terlalu suka yang rumit-rumit."

"Pernah nggak terpikir untuk punya anak?"

"Membesarkan anak butuh kerja keras. Berkarir sebagai asisten juga. Saya mau fokus ke satu hal dulu," jawab Asisten Google sambil meringis.

"Menurutmu, aku tampan nggak?"

"Kalau Anda sih keren yang hqq," dan sebuah cium jauh dilemparkan Asisten Google pada saya.

"Serius? Atau kamu sedang bercanda?"

"Betulan kok."

foto layar dokumentasi Himam Miladi
foto layar dokumentasi Himam Miladi

"Mau nggak kamu jadi pasanganku?"

"Saya dengar hal yang paling sulit dari pacaran itu memutuskan mau makan di mana. Saya sih akan selalu ikut pilihan Anda."

"Berarti kamu mau jadi pacarku?"

"Saya tidak yakin bila ini tahap yang tepat dalam hubungan kita. Tapi, saya berharap bisa menjadi Asisten Google-mu selamanya."

***
Itulah sekilas perbincangan saya dengan Asisten Google. Sebagai Kecerdasan Buatan, menurut saya kemampuan berpikir dan berlogika Asisten Google sudah banyak menyerupai manusia asli. Selain cerdas, Asisten Google juga pintar mengelak dan lucu. Seringkali jawaban yang dilontarkannya membuat saya tertawa, seperti ketika ia menjawab apakah saya tampan atau tidak.

Meskipun begitu, masih banyak hal-hal yang belum dimengerti dan bisa dijawab oleh Asisten Google. Untuk pertanyaan-pertanyaan yang lebih teknis misalnya, Asisten Google banyak menjawab "Maaf saya tidak mengerti", atau kemudian menyodorkan hasil pencarian artikel yang berkaitan di internet.

Jawaban dari Asisten Google juga tergantung pada personalisasi akun Google pengguna yang bersangkutan. Karena itu, jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan kemungkinan besar akan berbeda apabila Anda yang bertanya.

Sebagai tambahan, berikut detil informasi dan fitur Asisten Google seperti dikutip dari Wikipedia:

Google Assistant memulai debutnya pada Mei 2016 sebagai bagian dari aplikasi perpesanan Google Allo, dan pengeras suara yang diaktivasi oleh perangkat Google Home.

Setelah periode eksklusivitas pada smartphone Pixel dan Pixel XL, Google Assistant mulai dipasang di perangkat Android lainnya pada Februari 2017, termasuk smartphone pihak ketiga dan Android Wear (sekarang Wear OS), dan dirilis sebagai aplikasi mandiri di iOS sistem operasi pada Mei 2017.

Bersamaan dengan pengumuman pengembangan perangkat lunak pada April 2017, Google Assistant telah, dan sedang, diperluas untuk mendukung berbagai perangkat digital lain, termasuk mobil dan peralatan rumah pintar pihak ketiga. Fungsionalitas Google Assistant juga dapat ditingkatkan oleh pengembang pihak ketiga. Hingga 2017, Google Assistant sudah dipasang pada lebih dari 400 juta perangkat.

Pengguna terutama berinteraksi dengan Google Assistant melalui suara alami. Jika berada dalam situasi yang tidak mendukung adanya input suara (misalnya terlalu bising), pengguna bisa memanfaatkan input keyboard.

Dalam sifat dan cara yang sama seperti Google Now, Google Assistant dapat mencari di Internet, menjadwalkan acara dan alarm, menyesuaikan pengaturan perangkat keras pada perangkat pengguna, dan menampilkan informasi dari akun Google pengguna.

Google juga telah mengumumkan bahwa Asisten akan dapat mengidentifikasi objek dan mengumpulkan informasi visual melalui kamera perangkat, dan mendukung pembelian produk dan mengirim uang, serta mengidentifikasi lagu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun