Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kritik Sosial dan Lirik yang Hilang dalam Lagu "Hari Lebaran"

1 Juni 2019   08:00 Diperbarui: 1 Juni 2019   11:31 4277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Versi lain mengatakan penyanyinya adalah Didi, sedangkan grup musik Lima Seirima menjadi pengiringnya. Sosok Didi sempat mengundang pertanyaan, siapakah orang ini? Belakangan, diketahui bahwa Didi adalah nama samaran Suyoso Karsono.

Ada beberapa fakta menarik di balik lagu "Hari Lebaran" ini. Melalui lagu ini, masyarakat akhirnya terbiasa dengan kekeliruan makna dari ucapan "Minal Aidzin wal Faizin". Dalam lagu Hari Lebaran, ucapan ini diikuti dengan kalimat "Maafkan Lahir dan Batin". 

Oleh masyarakat yang mendengarkannya, dua kalimat ini akhirnya digandengkan menjadi satu seolah kalimat yang kedua merupakan arti dari kalimat yang pertama.

Padahal bukan seperti itu makna sebenarnya. Minal Aidzin secara terminologi bahasanya berarti "(semoga kita) termasuk orang-orang yang kembali". Sedangkan kata faizin yang diambil dari kata fawz  berarti "keberuntungan". 

Menurut Quraish Shihab, ucapan Minal Aidzin wal Faizin ini harus dipahami dalam arti harapan dan doa, yaitu "semoga kita termasuk orang-orang yang memperoleh (keberuntungan) ampunan dan ridha Allah SWT sehingga kita semua mendapat kenikmatan surga-Nya."

Akibat popularitas lirik lagu tersebut, kekeliruan makna ini pun bertahan sampai saat ini sehingga kita terbiasa mendengar dan mengucapkan Minal Aidzin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Popularitas lagu "Hari Lebaran" ini memang luar biasa. Bahkan seniman melayu besar dari Malaysia, P Ramlee juga tak segan untuk menyanyikan dan mempopulerkan lagu ini di negaranya sana pada tahun 1977. Akibatnya, warga Malaysia akhirnya mengenal dan kemudian menggunakan istilah Lebaran sewaktu perayaan hari raya Idul Fitri.

Kritik Sosial dan Lirik yang hilang dalam Lagu Hari Lebaran

Di luar popularitasnya, lagu ini juga sarat kritik sosial dan sindiran. Kritik sosial ini disuarakan Ismail Marzuki dalam lirik lagu yang hilang. Memang benar, ada lirik lagu Hari Lebaran yang dihilangkan sehingga kita hanya mengenal lirik lagu Hari Lebaran ini sampai pada bait berikut:

"Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perei
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop sepatu terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe

[reff]

Minal aidin wal faidzin
Maafkan lahir dan batin
Selamat para pemimpin
Rakyatnya makmur terjamin"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun