"Mas Didik...!
Suara nyaring perempuan terdengar dari sebuah rumah besar di perumahan modern dekat kampus ternama di Kota Malang. Bagian depan halamannya cukup luas dan tertata rapi. Sebuah taman rumput dengan kolam ikan terdapat di sudut halaman. Di tengahnya berdiri kokoh pohon mangga yang sedang berbuah lebat. Sebuah meja taman berbentuk bundar terletak dibawah pohon mangga, dengan empat bangku kecil dari tong bekas yang dicat warna-warni.
"Iya mbak, sebentar...". Laki-laki yang dipanggil Didik ini meletakkan buku tebal yang dibacanya. Dengan ogah-ogahan dia melangkah ke luar kamarnya yang berada di belakang rumah menuju ke arah sumber teriakan yang memanggil namanya.
Apaan sih Nina ini, pagi-pagi sudah berteriak-teriak, pikir Didik menggerutu.
"Ada apa Mbak Nina?" tanya Didik sambil wajahnya melongo melihat pemandangan di depannya. Didik memang membiasakan memanggil para gadis yang indekost di rumah ini dengan panggilan Mbak.
Nina, gadis yang berteriak memanggilnya tadi sedang berdiri di atas kasurnya. Tangannya menunjuk ke arah balik pintu kamar.
"Itu....ada kecoa besar."
"Masyaallah, saya kira ada apa tadi sampai teriak-teriak segala. Mana kecoaknya?" tanya Didik sembari mengambil sebuah sandal milik Nina.
"Itu...dibalik pintu Mas."
Didik perlahan menutup pintu kamar Nina dari dalam. Benar saja, di baliknya seekor kecoak besar sedang berdiri santai. Antenanya bergerak ke kanan kiri. Seolah hendak mencari petunjuk dimana gadis cantik yang hendak ditakut-takutinya tadi.