Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Kebersihan Hati Tergantung Ketukan Jari di Media Sosial

17 Mei 2019   21:10 Diperbarui: 17 Mei 2019   21:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (unsplash.com/@gpthree)

Penyalahgunaan dan penyimpangan fungsi media sosial inilah yang menjadi salah satu sebab penyakit dalam hati setiap penggunanya. Baik tua maupun muda, mereka sama-sama telah menjadi penghuni dari dunia yang telah bertranformasi dari lisan ke jari. Mereka semua memiliki kerentanan yang sama dari paparan buruk dan efek negatif internet dan media sosial di dalamnya.

Kita tidak bisa menghindar secara total dari transformasi dunia digital. Namun setidaknya, kita bisa meminimalkan dampak buruknya, mengendalikan diri kita untuk tidak ikut larut dalam jebakan penyimpangan media sosial agar hati kita tetap terjaga kebersihannya.

Puasa sebagai latihan untuk mengendalikan ketukan jari di media sosial

Puasa adalah salah satu bentuk latihan pengendalian diri yang terbaik. Bagi setiap muslim, berpuasa tidak hanya  dituntut untuk mengendalikan nafsu/kebutuhan fa'ali seperti makan, minum dan hubungan seksual saja. Jika kebutuhan yang mendasar saja dituntut untuk bisa dikendalikan, tentunya kebutuhan/nafsu-nafsu lainnya juga harus ikut bisa dikendalikan, termasuk di dalamnya adalah nafsu untuk berbicara, menyampaikan pendapat dan nafsu-nafsu batiniah lainnya.

Tak sedikit orang yang "nafsu" bicaranya melebihi "selera" makannya. Ia berbicara, membagikan informasi apa saja seolah ia mengetahui segala sesuatu, atau seakan-akan hidupnya hanya digunakan untuk berbicara dan menyampaikan pendapat tanpa ada batasannya. Dalam tuntunan agama Islam, jangankan berbicara dalam bentuk menguraikan pendapat, berbicara dalam bentuk bertanya sekalipun diingatkan Allah agar tidak sembarangan.

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepada kamu, maka (hal itu) akan menyusahkanmu" (QS. Al Maidah/ 5:101).

Contoh kecil dari betapa bernafsunya seseorang untuk berbicara, di media sosial, seringkali beredar informasi yang belum tentu kebenarannya. Apakah itu hanya berita hoaks atau fakta. Namun karena memiliki pemahaman yang sama, atau terafiliasi dengan kelompok atau ideologi yang sama, maka sesegera mungkin informasi tersebut disebarluaskan. Bila itu benar dan bermanfaat, pahala kebaikan akan terus kita dapatkan. Tapi bagaimana bila itu tidak benar dan menjurus fitnah? Maka dosa dan keburukan pula yang akan mengalir dalam diri kita terus menerus, seiring informasi hoaks itu dibagikan oleh banyak orang.

Berkatalah yang baik atau diam

Rasulullah Saw pun pernah bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47).

Dalam hadist lain, Rasulullah juga menginformasikan pada kita konsekuensi dari perkataan yang tidak diteliti kebenarannya terlebih dahulu.

"Sesungguhnya seseorang mengucapkan kata-kata yang tidak ia teliti kebenarannya, ucapannya itu menyebabkannya tergelincir di neraka lebih jauh dari pada jauhnya antara timur dan barat." (HR. Bukhari no. 6477 dan Muslim no. 2988).

Jika tidak bisa berkata dan membagikan informasi yang baik, maka, alangkah lebih baiknya kita diam. Alangkah baiknya kita kendalikan jari jemari kita untuk tidak mengetuk papan ketik smartphone atau laptop. Jangan sampai ketidaktahuan kita menjadi sebuah kebodohan yang dikonsumsi publik sehingga terjadi fitnah.

Sebagaimana firman Allah yang sudah disebutkan di atas, pada setiap manusia ada penjaga yang senantiasa mencatat setiap perkataan yang kita ucapkan. Tentu kita yakin pula, bahwa di akhirat kelak, catatan itu akan dibuka dan dibacakan. Segala amal perbuatan kita selama hidup di dunia ini, baik itu perbuatan atau ucapan, akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun