Mohon tunggu...
Himam Miladi
Himam Miladi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis Konten | warungwisata.com | Email : himammiladi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Menjadikan Petani sebagai Cita-cita Generasi Muda Melalui Pertanian Digital

25 April 2019   22:46 Diperbarui: 26 April 2019   08:02 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: cen.acs.org

Dengan mengintegrasikan setiap aspek dari proses pertanian, alat manajemen pertanian digital ini dapat benar-benar memfasilitasi kehidupan petani. Mereka akhirnya dapat menjangkau semua area produksi di sebuah pertanian, dari penanaman tanaman hingga peternakan. 

Dengan integrasi ini, Mereka bahkan dapat bekerja bersamaan dengan aplikasi mitra dari seluruh bisnis agro: sebuah perusahaan benih dapat memberikan saran tentang kesesuaian varietas tanaman dengan sebidang tanah yang cocok, sementara perusahaan lain bisa memberikan prakiraan cuaca yang sangat andal dan satu lagi memasok detail pada komposisi tanah di ladang petani.[4]

ilustrasi interkoneksi pertanian dalam Digital Farming (sumber gambar:cropscience.bayer.com)
ilustrasi interkoneksi pertanian dalam Digital Farming (sumber gambar:cropscience.bayer.com)

Tantangan Pertanian Digital di Indonesia

Harus diakui, menerapkan konsep pertanian digital pada petani yang diharapkan bisa menjadi contoh untuk menarik minat generasi muda adalah tantangan yang berat bagi Kementrian Pertanian dan otoritas terkait lainnya. Salah satu faktor utamanya adalah masih sedikitnya petani yang menggunakan internet. 

Menurut data SUTAS 2018, jumlah petani (laki-laki dan perempuan) yang menggunakan internet selama setahun sebelumnya (2017) berjumlah 4.501.415 orang (13,4%) dan yang tidak menggunakan internet selama setahun sebelumnya berjumlah 28.986.391 orang (86,6%).

Selain itu, kendala utama lainnya adalah kepemilikan lahan. Dari 27.222.773 RTUP pengguna lahan, 16.257.430 RTUP hanya menguasai lahan (pertanian dan non pertanian) kurang dari 0,50 hektar lahan, atau lebih dari separuhnya. 

Dengan luas lahan kurang dari 1 hektar, konsep pertanian digital menjadi agak sulit untuk diterapkan. Meskipun sekarang ini sudah berkembang pertanian hidroponik (less area farming), namun pertanian jenis ini juga membutuhkan biaya produksi yang lebih besar dari pertanian lahan biasa.

sumber infografis: Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018
sumber infografis: Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018

Kesimpulan dan Saran

Kendala-kendala seperti ini bisa dipecahkan jika ada kontribusi dari semua pihak. Pemerintah bisa menggandeng pihak swasta untuk membuat pilot project pertanian digital yang bisa diterapkan oleh petan-petani awam yang selama ini melakukan pengolahan pertanian secara konvensional. Sementara itu, Perguruan Tinggi, sebagai institusi keilmuan bisa mulai mengkaji dan memasukkan konsep pertanian digital ini dalam kurikulum atau mata kuliah bagi mahasiswa pertanian. 

Semua langkah ini nantinya berujung pada upaya untuk membuat generasi muda menjadi lebih tertarik dengan dunia pertanian dan regenerasi petani bisa berjalan. Jika usaha ini terus berlanjut, Indonesia tidak hanya akan dapat mencapai potensi di bidang pertanian tetapi juga dapat mempertahankan ketahanan pangan di masa yang akan datang.

Daftar Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun