Apapun keputusan dari KPU nanti! Terlepas dari banyaknya kesalahan dan indikasi serta tuduhan "kecurangan", Luhut akan meminta Prabowo untuk legowo!
"Terima sajalah keputusan KPU nanti Pak Prabowo," seperti itulah bayangan saya akan percakapan Luhut dengan Prabowo seandainya mereka nanti bertemu.
(Ini pasti analisis super ngawur, sok bisa membaca pikiran dan perkiraan saja).
Tidak ngawur kok. Ada beberapa alasan mengapa saya menebak arah rencana pertemuan Luhut (dalam kapasitasnya sebagai utusan khusus Jokowi yang kali ini bertindak sebagai calon presiden) dengan Prabowo.
Pertama, Luhut sepertinya sadar, klaim kemenangan dari Prabowo membangkitkan militansi pendukungnya untuk mengawal proses perhitungan suara. Hal ini tidak ia dapati saat pilpres 2014 lalu. Meski sempat bersujud syukur atas berita gembira, Prabowo dan tim kampanyenya saat itu seolah tidak terlalu bersemangat untuk melanjutkan perlawanan, dengan memberi instruksi pada para pendukungnya untuk terus mengawal perhitungan suara. Mulai dari tingkat TPS, PPS, PPK hingga nanti waktu final di KPU.
Tapi keadaan sekarang berbeda, dan Luhut menyadari betul hal ini. Dengan klaim kemenangan serta instruksi untuk mengawal perhitungan suara, Prabowo tidak hanya sekedar memberi semangat pada pendukungnya. Lebih dari itu, Prabowo juga memberi edukasi pada masyarakat Indonesia bahwa hasil pemilu bukan ditentukan oleh rilis Quick Count.
Meskipun ada pihak yang sudah mengklaim kemenangan berdasarkan Quick Count lembaga survei atau sumber internal, masyarakat harus tetap memantau proses perhitungan suara sampai selesai. Apapun yang Quick Count katakan, masyarakat tetap diminta untuk mengawal proses perhitungan suara, memastikan KPU sebagai penyelenggara tetap pada integritasnya, jujur dan bersih.
Kedua, pihak Luhut (paslon nomor 01) boleh yakin dengan kemenangan yang akan mereka peroleh. Tapi, kemenangan itu akan terasa lebih manis apabila diakui dan diterima dengan sikap ikhlas dari pihak lawannya. Tanpa ada tuduhan apapun dari sang lawan.
Karena itulah, sebelum pertemuan, Luhut sepertinya ingin memberi kepastian pada Prabowo sekaligus menginformasikan secara luas pada publik, bahwa seandainya Prabowo kalah (lagi), Prabowo tetap seorang patriot bangsa (karena dengan legowo dan ikhlas menerima kekalahan).
Tanda ini saya lihat dan tafsirkan dari pernyataan Luhut bahwa Prabowo adalah orang yang rasional, orang yang masih bisa diajak berpikir. Dengan pernyataannya itu, Luhut seolah memberi sindiran bahwa orang-orang di sekitar Prabowo lah yang memberi bisikan keliru perihal kemenangan pilpres, seperti yang (mungkin) pernah terjadi pada pilpres 2014 lalu.
Rencana pertemuan Luhut dan Prabowo juga bisa diartikan sebuah "ancaman", bukan dalam arti harfiahnya. Dalam pernyataannya pada wartawan Luhut juga mengatakan era saat ini menyimpan banyak jejak digital. Tidak bisa lagi berbohong sebab akan ketahuan. Maka ia meminta elit-elit terutama yang sudah senior untuk berpikiran ke depan. Tidak membuat kebohongan karena pasti akan diingat oleh generasi berikutnya.