LSI merilis survei dari FPI
TKN menyambar rilis survei tersebut dan mengatakan itu adalah bukti sebagian anggota FPI akui keislaman Jokowi.
Yusril Ihza Mahenda (YIM), yang sekarang menjadi pengacara capres nomor 01 membocorkan percakapan via Whatsapp antara dirinya dengan Habib Rizieq Shihab yang katanya meragukan keislaman Prabowo Subianto.
Tiga fakta yang datang berurutan itu rasanya sudah cukup untuk menjadi dasar dalam menarik kesimpulan dari pertanyaan diatas.Dan jawaban dari pertanyaan tersebut adalah:
Menghapus stigma negatif bahwa rezim Jokowi anti islam, sekaligus memperkuat framing dan membentuk opini publik bahwa Jokowi bisa diterima semua kalangan umat Islam Indonesia, dari yang moderat hingga yang "garis keras".
Jadi, sebenarnya tidak sulit untuk mencari jawaban atau alasan dibalik rilis survei LSI tersebut. Karena memang rasanya sedikit janggal dan aneh bila ada survei yang menyasar pada satu kelompok ormas tertentu.
Biasanya, survei ditujukan pada jenis demografi yang umum. Seperti kelompok usia, jenis kelamin, hingga tingkat pendidikan. Memang, ada beberapa survei yang ditujukan pada pemilih dari NU atau Muhammadiyah. Kalau ini masih terbilang wajar karena dua organisasi massa ini terbilang memiliki pengikut yang besar dan tersebar di seluruh Indonesia.
Namun, jika survei itu menyasar pada kelompok organisasi massa yang lebih spesifik, tak perlu heran jika banyak yang mempertanyakan alasan dibalik survei tersebut. Apalagi survei itu dilakukan pada pemilih FPI, yang boleh dikatakan adalah sebuah organisasi massa yang istimewa.
FPI memang berbeda dengan organisasi massa kebanyakan. Garis komando kepemimpinannya mirip dengan garis kepemimpinan imamah. Artinya, semua anggota wajib tunduk pada keputusan yang dikeluarkan oleh Imam Besar mereka, dalam hal ini adalah Habib Rizieq Shihab.
Sejak awal pemerintahan Jokowi, FPI langsung mengambil posisi berseberangan. Bahkan dalam kontestasi pilpres 2019, FPI lah yang menjadi salah satu ujung tombak dalam menggolkan posisi Prabowo Subianto dan "meng-covernya" sebagai calon presiden hasil Ijtima' ulama.
Dengan fakta seperti itu, wajar bila kemudian rilis survei dari LSI tersebut diragukan dan dipertanyakan kredibilitasnya. Apalagi survei terhadap pemilih FPI kali ini juga termasuk kategori survei yang baru. Setidaknya karena pada pilpres 2014 lalu belum ada satu pun lembaga yang menyurvei mereka sebagaimana yang dilakukan LSI kali ini.